Tanah Longsor Kebumen, Bencana Jelang Buka Puasa
HUJAN yang mengguyur sejak siang hari membuat sebagian besar warga Desa Sampang, Kecamatan Sempor, Kebumen memilih berada di rumah, Sabtu (18/6). Hal itu juga dipilih keluarga oleh Rasitin (55) dan keluarga lain di Dusun Semampir yang berada di daerah perbukitan.
Sekitar pukul 16.30 Rasitin tengah mengalirkan air yang menggenang di sekitar rumahnya, sedangkan istrinya Poniyem (48) sedang memasak di dapur untuk keperluan berbuka puasa. Saat itulah, dia mendengar suara bergemuruh dari arah tebing yang berada di belakang rumah mereka.
Kejadian yang begitu cepat, membuat Rasitin tidak berbuat apa untuk menyelamatkan nyawa istrinya. Saat Rasitin sampai ke dapur, dia melihat istrinya berusaha keluar karena dapur sudah tertimpa longsor. Nyawa Rasitin selamat, namun istrinya terjebak dalam timbunan material longsor.
Jasad Poniyem akhirnya ditemukan, Minggu (19/6) sekira pukul 15.00, namun baru bisa dievakuasi pukul 17.00. Pasalnya, tim SAR gabungan kesulitan mengangkat jasad korban lantaran bagian kaki tertindih material longsoran. Kendati selamat dari bencana itu, pria paruh baya tersebut tampak masih berduka atas kematian istrinya.
Tak hanya kehilangan istri, dia juga tak lagi memiliki rumah tinggal karena hancur tertimpa material longsoran. Rasitin masih merasa bersyukur lantaran anaknya Pairun selamat dari musibah yang tak akan dilupakannya seumur hidupnya.
Dia tak menyangka tanah longsor mengancurkan kehidupannya. “Kejadian ini adalah cobaan terberat dalam hidup saya,” ujar Rasitin dengan wajah sendu.
Yatim Piatu
Sementara itu, pemakaman Sarinem (30) salah satu korban tanah longsor diwarnai isak tangis sang anak. Ani Windu (20) anak perempuan korban terpukul dan shok saat jenazah ibunya dimakamkan. Ani Windu kini menjadi yatim piatu, lantaran kedua orang tuanya meninggal karena bencana tanah longsor.
Sehari sebelumnya Jasad bapaknya Satimun (44) juga menjadi korban meninggal akibat tanah longsor sudah dimakamkan tak jauh dari makam Sarinem. Ani Windu terus menangis saat mengingat nasib yang dialami kedua orang tuanya yang meninggal akibat tanah longsor.
“Saya langsung pulang saat dikabari bapak dan ibu saya meninggal dunia akibat tanah longsor,” ujar Ani Windu yang sehari-hari bekerja di Jakarta.
Ya, korban meninggal pasangan suami istri tersebut meninggalkan dua orang anak yang masih remaja. Saat peristiwa longsor terjadi kedua anak korban berada di Jakarta.
Adapun Satimun dan Sarinem tinggal di rumah hanya ditemani adik perempuannya yang bernama Sutinem (25) yang juga menjadi korban tertimbun tanah longsor. Hingga saat ini jasad Sutinem masih belum ditemukan.
Nasib lebih beruntung dialami Mad Yusri (60), Ketua RT 04 RW 03. Saat kejadian dia sedang duduk-duduk di ruang tamu rumahnya. Ketika mendengar suara bergemuruh, dia berlari keluar dari rumah. Sesaat kemudian dia melihat dua rumah tetangganya yakni rumah San Rustin dan Satimun sudah rata dengan tanah.
Sementara rumahnya selamat dari terjangan tanah longsor. Hanya saja, bagian depan rumahnya rusak terserempet material longsoran. “Tanah longsor begitu cepat. Tak ada teriakan apa-apa. Datang secara tiba-tiba, lalu semuanya hilang tertimbun tanah,” ujar Mad Yusri mengaku baru kali ini tanah longsor menimpa kampungnya.
(Supriyanto / CN26 / SM Network)
sumber : suaramerdeka.com