Kebumen Kehilangan Tokoh Pejuang Tiga Zaman

WARGA Kebumen berduka. Tokoh pejuang asal Gombong, pelaku sejarah tiga zaman sekaligus Ketua LVRI Kedu, HR Soenarto Danoesoemarto, Kamis (21/4) sekitar pukul 14.15 tutup usia di rumah anaknya di Jl Kalimantan, Yogyakarta.

Tokoh Veteran yang meninggal menjelang usia ke-89 tahun itu dimakamkan Jumat (22/4) siang di pemakaman keluarga Desa Tunjungseto, Kecamatan Sempor, dilepas dengan penghormatan militer. Sebelumnya, jenazah disemayamkan di rumah duka Gang Sindoro Gombong. Ribuan warga, tokoh masyarakat hingga pejabat datang silih berganti untuk bertakziyah ke eyang Narto.

Salah seorang anaknya, Bambang Priyambodo menuturkan, Eyang Narto menderita sakit sejak beberapa waktu lalu dan dirawat di rumah sakit di Yogyakarta. Namun sebelum jatuh sakit, ketua LVRI Kedu dan LVRI Kebumen itu dikenal memiliki semangat juang tinggi.

Meski sudah tergolong sepuh, setiap upacara peringatan hari besar nasional dan 17 Agustus, selalu hadir di Alun-alun Kebumen dengan pakaian khas Veteran lengkap serta tanda jasa. Eyang Narto pun juga aktif memberi ceramah di berbagai forum. Dia pun lebih suka dipanggil Om.

Bahkan di masa akhir hidupnya seolah diabdikan untuk berceramah tentang sejarah perjuangan dan nasionalisme. ‘’Beliau dikenal runut tiap mengisahkan peristiwa sejarah dan peperangan selama masa revolusi fisik di wilayah Gombong, Kebumen maupun nasional,’’ ujarnya.

Usir Belanda

Salah satu peristiwa heroik sekaligus sebagai pelaku sejarah yakni pada tahun 1947-1949, Soenarto ikut mengangkat senjata mengusir Belanda dari Kota Gombong dalam Peristiwa Kemit atau Jembatan Status Quo Kemit.

Saat ini selain ada Monumen Kemit juga prasasti di atas Jembatan Kemit di timur kota Gombong. Dia juga dikenal sangat anti-Belanda. Bahkan mantan Lurah Gombong itu tidak rela jika di Kebumen disebut ada Jalan Daendels.

‘’Di Kebumen ini Daendels tidak pernah datang sehingga salah besar jika di jalan jalur selatan Kebumen-Purworejo dinamai Jalan Daendels. Catat itu,’’ tanda dia di suatu kesempatan. Salah seorang pura menantunya, Bambang Edhy Prayitno mengungkapkan, semestinya pada Minggu (24/4) merupakan ulang tahun ke-89 Soenarto.

Menurut catatan formal Pak Narto lahir 24 April 1929, tetapi ada beberapa sumber dapat disimpulkan bahwa tahun kelahirannya dua tahun lebih tua.”Jadi umur Pak Narto hari ini sebenarnya genap 89 tahun,”jelas Edhy. Pihak keluarga pun telah menyiapkan sejumlah agenda.

Di antaranya, Mauludan dan Kataman Alquran bersama santri-santri binaan keluarga, syukuran bersama anak cucu serta kerabat dekat dan peluncuran buku “Kisah Pak Narto dari Masa ke Masa”. Manusia boleh berencana, Tuhan berkehendak lain.

Hal serupa terjadi pula pada Pak Narto dan keluarganya. Di tengah persiapan perayaan, Kamis (21/4) pukul 14.15 di rumah anaknya di Jl Kalimantan Jogyakarta, mantan pejuang dan tokoh Veteran itu keburu dipanggil menghadap Yang Maha Kuasa. Selamat Jalan Pak Narto. (Komper Wardopo-36)

 

sumber : suaramerdeka.com