Pementasan Duta Seni Kebumen Monoton
JAKARTA - Pementasan duta seni Kabupaten Kebumen di Anjungan Jawa Tengah Taman Mini Indonesia Indah (TMII) Jakarta, Minggu (3/4) dinilai monoton. Dari sisi promosi wisata budaya nyaris tidak ada perubahan dengan kegiatan tahun-tahun sebelumnya. Karena pengunjung hampir seratus persen adalah masyarakat Kebumen perantauan, sehingga bukan menjadi ajang promosi melainkan silaturahmi antar masyarakat Kebumen.
Pantauan Kebumen Ekspres di lokasi pementasan, pengunjung nyaris tak memahami arti promosi wisata melainkan sekadar senang berkumpul dengan berbagai komunitas masyarakat Kebumen perantauan. Bahkan sambutan dari Ketua Paguyuban Ikatan Warga Asal Kabupaten Kebumen (IWAKK) WALET EMAS R Hartono, juga tak menganggap kegiatan tersebut merupakan promosi budaya wisata, melainkan ajang silaturahim warga Kebumen di perantauan.
Pengunjung yang memiliki kesadaran akan perlunya promosi, baru terhenyak ketika mendengar sambutan Bupati HM Yahya Fuad, bahwa Kebumen memiliki banyak potensi yang masih terus perlu dipromosikan. "Masalahnya kalau kepada masyarakat Kebumen sendiri, meski di perantauan tentu namanya bukan promosi, melainkan sosialisasi," kata Penasehat Dewan Kesenian Daerah (DKD) Kabupaten Kebumen Achmad Marzoeki, usai menyaksikan pementasan, kemarin.
Dari sisi pementasan juga dinilai kurang optimal, karena dipentaskan di pendopo dengan banyak tiang yang mengganggu penglihatan penonton. "Mestinya pementasannya di panggung terbuka sehingga setiap gerak penari bisa diikuti dan dihayati," ujar pria yang karib disapa Kang Juki ini.
Kang Juki juga mengkritik kostum para penarinya. Menurutnya dari sisi kostum perlu dipertimbangkan lagi jenis pakaian kemben yang dikenakan sebagian penari perempuan dengan berbagai variasinya. Penampilan perempuan dengan sebagian punggung dan pundak terbuka seperti melawan arus meningkatnya kesadaran masyarakat Kebumen yang mayoritas muslim, untuk menutup auratnya. Apalagi sekarang Kebumen dipimpin duet tokoh Muhammadiyah dan NU.
Momentum ini malah seperti menunjukkan ketakberdayaan Bupati Kebumen HM Yahya Fuad dalam memberi warna Islam melalui kekuasaan yang tengah dipegangnya. Karena penampilan duta seni Kebumen kali ini sebagian besar berasal dari SMA Negeri 1 Gombong, almamaternya. "Semestinya kepada almamaternya Pak Bupati bisa memberi pesan dan masukan khusus sebelum ditampilkan di Anjungan Jawa Tengah TMII," tegasnya.
Lebih jauh, kekurangan ini sepertinya tidak terlepas dari konsep yang dilaksanakan Anjungan Jawa Tengah TMII. Yang sekadar mengisi anjungan dengan kesenian dari kabupaten/kota di Jawa Tengah tanpa upaya menghadirkan audien yang menjadi sasaran promosi. "Karena itu perlu dikaji lagi pementasan duta seni Kebumen di Anjungan Jawa Tengah TMII yang tentu memerlukan anggaran tidak sedikit," bebernya.
Di Jakarta, kata Kang Juki, sudah banyak tempat pementasan representatif dengan audien yang lebih tepat sasaran. Seperti Taman Ismail Marzuki (TIM), Gedung Kesenian Jakarta (GKJ), Galeri Indonesia Kaya, Teater Salihara atau bahkan di mal-mal yang banyak dikunjungi warga negara asing. Sehingga promosi di Jakarta bisa menjadi titik awal bagi Kebumen untuk bisa mendunia. "Setidaknya Pemkab Kebumen perlu mendesak Anjungan Jawa Tengah TMII agar mendesain ulang konsep pementasan kesenian kabupaten/kota dengan menghadirkan audien yang tepat sasaran," usulnya.
Ia menambahkan, Pemkab Kebumen sudah sepatutnya mengevaluasi, sejauh mana pementasan duta seni di Anjungan Jawa Tengah TMII setiap tahunnya benar-benar berdampak langsung pada peningkatan kunjungan wisata ke Kebumen. Sesuai spirit yang dikembangkan sekarang bahwa anggaran mesti berbasis kinerja, yang bisa terukur hasil dan manfaatnya. Sehingga alokasi APBD Kabupaten Kebumen untuk promosi wisata melalui pementasan duta seni Kebumen juga jelas hasilnya.
Namun demikian, Kang Juki menilai secara umum jenis tari-tari yang disajikan bagus merepresentasikan dinamika masyarakat Kebumen atau setidaknya harapan terhadap masyarakat Kebumen agar lebih dinamis, tanpa menghilangkan kelemahlembutan sebagai bagian dari etnis Jawa. Tari Sekar Jagad, Tari Pongkor, Tari Magas, Tari Ulet Gawe Urip dan Tari Batik mengangkat aktivitas masyarakat Kebumen yang sebenarnya layak dibanggakan. Tapi sebagian pernah atau tengah mengalami krisis regenerasi karena dari kalangan mudanya kurang tertarik melanjutkannya. Seperti Batik Kebumen yang sempat surut tapi akhir-akhir ini mulai bangkit lagi.
"Paket pementasan tari-tari tersebut sangat tepat untuk pengenalan potensi Kebumen sehingga bisa dikemas dalam paket promosi budaya dan potensi Kebumen," tegasnya.
Sementara itu, pagelaran duta seni yang mengangkat teman "Kebumen Pancen Maen" menampilkan lima tari khas Kebumen. Pagelaran tari kolosal tersebut dibawakan oleh anak-anak SMA Negeri 1 Gombong. Selain itu juga ada penampilan spesial dari artis ibukota asal Kebumen, I-Parto Gombong.
Kepala Seksi Kebudayaan Dinas Pariwisata dan Kebudayaan (Disparbud) Kebumen, Isma'un, mengatakan pagelaran tari itu secara berturut menampilkan lima tari karya para seniman Kebumen. Yaitu, tari magas, yang menggambarkan proses pembuatan genteng magas di Soka.
Selanjutnya tari sekarjagad, yang menceritakan proses pembuatan batik sekarjagad, kerajinan anyaman pandan yang mulai menggeliat di Kebumen juga diangkat melalui tari ulet gawe urip. Kemudian, tari pongkor yang menggambarkan proses pembuatan gula jawa, dan tari batik yang menggambarkan kekayaan batik Kebumen.
Menurut Isma'un, selain melibatkan pelajar SMA Negeri 1 Gombong, pagelaran tari dalam rangka promosi seni budaya itu juga melibatkan seniman dan penari profesional dari Sanggar Pesona Budaya Disparbud Kebumen.
Hadir pada acara itu Anggota DPR RI asal Kebumen KRT Darori Wonodipuro, Bupati Kebumen HM Yahya Fuad, Ketua DPRD Cipto Waluyo. Disamping warga Kebumen, yang berada di perantauan, seperti Ikatan Warha Asal Kabupaten Kebumen (IWAKK) Walet Emas, Ikatan Kanca Lawas Gombong (IKLG), Aku Cinta Kebumen (ACK), Paguyuban Pendengar Radio Kebumen-Banyumas, serta warga Kebumen yang tinggal di sekitar Jabodetabek.(ori)
sumber : http://www.kebumenekspres.com