Produsen VCO Terkendala Bahan Baku

KEBUMEN - Kebutuhan Virgin Coconut Oil (VCO) terus meningkat. Bahkan pengusaha produksi VCO sendiri, mengaku kewalahan dalam memenuhi pesanan para konsumennya. Kendati demikian produsen pembuatan minyak kelapa perawan tersebut masih terkendala bahan baku.

“Kalau musim hujan kayak gini, selain kesulitan mencari buah kepala harganya juga mahal,” tutur Kaidah (56) salah satu produsen  VCO warga RT 1 RW 2 Desa Pandanlor Kecamatan Klirong, Kamis (21/1/2016).

Menurutnya, selama 1,5 tahun memproduksi  VCO, dia sama sekali tidak pernah kesulitan dalam soal pemasaran. Pasalnya selain sudah ada pihak yang selalu siap menerima produknya, Kaidah sendiri juga menjual secara eceran di rumahnya.  “Kalau setor satu kilonya Rp 30 ribu, namun jika dijual eceran satu kilonya Rp 40 ribu,” katanya.

Dijelaskannya, dari seratus butir buah kelapa yang diolah menjadi VCO, produsen akan mendapatkan, 5-7 kilo VCO, 0,5-kilo minyak goreng klentik, 2,5-4 kilo blendo (Kethek_Jawa red). Selain itu produsen masih mendapatkan ampas, batok kelapa, sabut kepala dan air kepala . “Semua itu mempunyai nilai ekonomi dan pangsa pasarnya sudah jelas,” terangnya.

Meski sederhana, namun proses pembuatan VCO sendiri, memang membutuhkan ketekunan dan kesabaran. Awalnya buah kelapa yang sudah dipisah dari batoknya diparut. Setelah itu parutan kelapa diambil santannya dan didiamkan selama satu jam untuk memisahkan air dan santan murni. Air yang berada di bawah santan selanjutnya diambil mengunakan selang.

Setelah itu lanjutnya, santan dikocok dengan dengan cara memindah dari satu wadah ke wadah yang lain. Hal ini dilakukan minimal sebanyak 50 kali. Setelah itu santan yang sudah dikocok didiamkan selama 10 jam. Dengan demikian maka akan terbentuk empat lapisan pada santan tersebut diantaranya,  Blendo, VCO, Blendo dan air. Lapisan Blendo paling atas kemudian diambil mengunakan sendok, untuk memisahkan dari VCO. “Setelah itu cairan VCO akan disaring menggunakan saringan yang terdiri dari kertas saringan, batu ziolit, kertas saringan dan kain,” paparnya.

Kaidah menambahkan, blendo inilah yang menjadi bahan pembuatan minyak goreng klentik. Caranya blendo dipanaskan hingga terpisah antara ampas dan minyak gorengnya. Setelah itu Blendo dipres mengunakan alat agar minyak goreng dapat keluar dengan tuntas. “Ampas minyak goreng ini yang disebut kethek. Harganya  mencapai Rp 20 ribu perkilo,” ucapnya. (mam) (kebumenekspres.com)