Kebutuhan Tenaga Menjahit Meningkat : LKP Kebanjiran Order


KEBUMEN - Sejumlah Lembaga Kursus dan Pelatihan (LKP) mengaku kerepotan memenuhi permintaan tenaga kerja menjahit dari sejumlah perusahaan garment yang jumlahnya terus meningkat.

LKP yang ada di wilayah Kebumen biasa mengirim tenaga kerja operator jahit ke wilayah Solo, Yogyakarta, Semarang, Bandung dan Jakarta.

Satu perusahaan garment saja bisa membutuhkan tenaga sebanyak 500 sampai 1.500 orang. Permintaan itu sampai saat ini belum bisa dipenuhi sejumlah LKP yang ada di Kebumen.

"Di Kebumen ada sekitar 30 LKP jahit. Rata-rata mereka hanya mengeluarkan lulusan sebanyak 15-30 orang saja per tiga bulan," kata Sodiman (52) pengurus DPC Himpunan Penyelenggara Kursus Indonesia (HIPKI) Kabupaten Kebumen saat dikonfirmasi, Senin (3/9).

Sodiman yang juga Pimpinan LKP Eny's Desa Kebulusan, Kecamatan Pejagoan mengatakan, meningkatnya jumlah tenaga kerja operator jahit itu dipengaruhi oleh kondisi bisnis garment Indonesia yang saat ini terus mengalami peningkatan.

Banyak perusahaan yang berbondong-bondong membuka cabang di kota-kota besar untuk memenuhi kebutuhan pasar.

"Belum lama ini ada perusahaan yang meminta saya untuk mengirim tenaga kerja operator jahit sebanyak 1.500 orang. Karena tidak ada tenaga kerja maka peluang itu saya tolak," terang dia.

Dia menjelaskan, meskipun jumlah tenaga kerja yang dibutuhkan meningkat, namun jumlah siswa di LKP cenderung turun. Hal itu disebabkan minat masyarakat untuk menekuni bidang menjahit makin turun. Selain itu jumlah pemuda di setiap desa juga mengalami penurunan.

"Ya mungkin karena program keluarga berencana (KB) berjalan sukses," ujarnya sambil tersenyum.

Sudah Teruji

Imam Wahyudi (29), Pelaksana LKP Eny's mengatakan, perusahaan besar memang biasa mengambil tenaga kerja dari LKP-LKP yang ada, dengan harapan kualitas kemampuan tenaga kerja sudah teruji.

Perusahaan tidak mau repot-repot melakukan rekruitmen tenaga sendiri karena dinilai kurang efektif dan belum menjamin kualitas skill. "Berapa pun jumlah siswa sini yang kami kirim, semua langsung bisa kerja," jelasnya.

Untuk memenuhi kebutuhan itu, pihaknya juga telah memasang iklan agar masyarakat mau belajar atau kursus menjahit dengan jaminan kerja 100 persen. Kendati demikian, hasil yang diperoleh tidak maksimal.

Saat ini kami baru bisa menjaring 30 siswa saja, padahal kami sudah menyiapkan 50 lebih mesin jahit untuk belajar. "Itu juga dirasakan di LKP lain," imbuh dia.

Padahal pekerjaan menjahit itu mudah. Untuk bisa menjahit hanya dibutuhkan waktu sekitar 3 bulan saja. Jika siswa ingin menambah bakat kemampuannya bisa menambah 3 bulan lagi untuk belajar desain.

"Yang dibutuhkan perusahaan garmen yakni tenaga kerja lulusan minimal SLTP dengan usia 18 sampai 35 tahun, baik laki-laki maupun perempuan. Jika telah terekrut maka tenaga kerja itu akan memperoleh gaji sesuai dengan UMK setempat," pungkasnya. (K42-91)

sumber : suaramerdeka