Optimisme Menatap Kebumen Beriman

“Komitmen sejumlah ulama dan umara di Kebumen dapat dijadikan alternatif model pembangunan di Indonesia”

Optimisme menatap Kebumen ‘’Beriman’’, akronim dari bersih, indah, manfaat, aman, dan nyaman menjadi sebuah keniscayaan bagi masyarakat kabupaten tersebut. Terlebih Buyar Winarso yang masa jabatannya akan berakhir pada 26 Juli 2015 telah meletakkan fondasi kokoh untuk dijadikan pijakan awal pembangunan berbasis kearifan lokal. Fondasi tersebut terdapat dalam komitmen sejumlah ulama dan umara yang disampaikan pada Kamis ,17 Mei 2012. Komitmen itu berisi tentang kesanggupan segenap komponen masyarakat Kabupaten Kebumen, menyumbangkan jiwa dan raga untuk mewujudkan Kebumen Beriman. Komitmen adalah langkah atau tindakan yang diambil untuk menopang suatu pilihan tindakan tertentu sehingga pilihan tindakan itu dapat dijalankan dengan mantap dan sepenuh hati (www.ugm.ac.id). Oleh karena itu, Beriman yang sarat nilai-nilai religiositas (mental spiritual) sudah selayaknya dijadikan inspirasi dan landasan pembangunan di kabupaten itu.

Di samping itu sebagai spirit mewujudkan keberhasilan pembangunan dari aspek ideologi, politik, ekonomi, sosial, budaya, pertahanan, dan keamanan serta dari aspek birokrasi, legislatif, dan hukum. Luasnya cakupan Beriman terus dikaji oleh segenap komponen masyarakat hingga menghasilkan rumusan pembangunan baku sekaligus untuk mengangkat identitas daerah ini, berupa ”Masyarakat Peduli Sejarah yang Memiliki Jati Diri Kebersamaan Membangun” (SM, 7/5/15).

Komitmen sejumlah ulama dan umara itu pun dapat dijadikan sebagai alternatif model pembangunan di Indonesia. Seperti dalam menjalankan program Nawa Cita pemerintahan Jokowi-JK yang terdapat revolusi karakter bangsa, butuh komitmen bersama lebih dahulu. Dalam komunikasi, komitmen tersebut dapat dilihat dari teori two step flow communication (komunikasi dua tahap) atau teori pengaruh antarpribadi, yang dikembangkan kali pertama oleh Lazarsfeld (1940) dalam McQuail (1981: 56). Penjelasannya, tahap pertama dari sumber informasi (mass media) ke tokoh (pemimpin / pemuka pendapat/ opinion leader) yang berlangsung dan berproses dalam bentuk pengalihan pesan (pandangan, pendapat atau gagasan dan opini). Kemudian berlanjut ke tahap kedua, yakni para tokoh itu menyebarkan pesan dan informasi ke para pengikutnya. Selesai tahap itu lalu secara simultan masuk lagi ke tahap pertama dan seterusnya. Melalui pemuka pendapat, maka ide atau gagasan yang tertuang dalam komitmen tersebut tersebar ke seluruh anggota masyarakat. Sejumlah ulama dan umara yang menandatangani komitmen bersama di Kebumen itu pun berperan sebagai ‘’penjaga gawang’’ informasi, sebagaimana dikatakan Riswandi (2010). Tak Sebatas Akronim Dengan demikian, arah dan tatanan pembangunan Kebumen berkait komitmen tersebut menjadi makin jelas dan terarah. Selain itu, menumbuhkan kesadaran untuk menempatkan Beriman, menjadi kata yang sarat makna supaya menjadi roh sendi-sendi kehidupan masyarakat. Artinya, tidak hanya sebatas akronim, yang hanya membicarakan seputar kebersihan, ketertiban, dan keindahan (K3). Bersih bisa dipandang dari sisi lahir dan batin. Dari sisi lahir, bersih menyangkut manusia dan lingkungannya, sedangkan dari sisi batin, bersih memiliki makna ikhlas mengerjakan sesuatu. Indah berarti menyenangkan bagi yang melihatnya serta memberi rasa bangga dan simpati terhadap Kebumen. Manfaat berarti berdaya guna bagi siapa saja.

Dalam hal ini jauh dari segala bentuk diskriminasi, baik terhadap suku, ras, agama, gender, maupun golongan mana pun.Aman berarti masyarakat merasa terlindungi dan ikut menjaga stabilitas dan kondusifitas daerah. Nyaman berarti membuat betah masyarakat maupun pengunjung yang berada di Kebumen dan bersama-sama nyengkuyung dan handarbeni dalam pembangunan daerah. Pemaknaan Beriman yang mengacu pada komitmen sejumlah ulama dan umara itu pun dapat dijadikan tonggak perubahan (reformasi) di kabupaten itu. Atas dasar itu, pembangunan yang mencerminkan ‘’beriman’’-nya Kebumen menjadi makin dekat. (10)

 

sumber : suaramerdeka.com