Stok Ditambah, Elpiji 3 Kg Tetap Langka
KEBUMEN – Keberadaan gas elpiji ukuran 3 kg di tingkat pengecer seolah menghilang. Pasalnya, sejumlah pengecer mengaku kesulitan mendapatkan gas bersubsidi tersebut. Kelangkaan terjadi sejak satu minggu menjelang puasa, dan hingga kini semakin susah dicari.
Bahkan di sejumlah pangkalan, dua pekan terakhir terjadi antrean cukup panjang dari warga yang mencari gas melon itu. Seperti di pangkalan SPBU Panjer, Kecamatan Kebumen, Senin (22/6) sejak pagi sudah ada seratusan warga yang antre menunggu ‘kiriman’ elpiji yang dikhususkan untuk warga miskin itu.
Pantauan di lokasi, sejak pukul 08.00 WIB, warga mulai mendatang pangkalan yang terletak di Jalan Kutoarjo. Padahal pangkalan tersebut baru mendapatkan kiriman elpiji 3 kg dari agen sekitar pukul 10.00 WIB. Deretan sepeda motor memenuhi area depan SPBU.
Tak hanya warga Kebumen saja yang antre di tempat itu, ternyata banyak warga dari wilayah kecamatan lain yang turut antre. Seperti dari Kecamatan Karangsambung, Buluspesantren, bahkan ada yang dari Mirit.
Ponirin, pengecer elpiji 3 kg warga Kelurahan Panjer, Kecamatan Kebumen, mengaku sudah sepuluh hari lalu dia selalu kesulitan mendapat jatah dari pangkalan. Dalam sehari, dia paling banyak mendapatkan dua tabung elpiji. “Seringnya dapatnya cuma dua tabung, karena memang dibatasi pembelian maksimal dua tabung,” kata Ponirin, saat mengantre di pangkalan SPBU Panjer, kemarin.
Ia mengaku membeli elpiji 3 kg di pangkalan seharga Rp 15.500 per tabungnya. Selanjutnya, dijual dengan harga Rp 17.000 per tabung. “Tapi begitu ada gas di rumah langsung habis dibeli warga. Jadi kita tidak bisa punya stok,” ungkapnya.
Hal senada diungkapkan warga lainnya, Rudin, yang mengaku dalam sehari paling banyak mendapatkan empat tabung. “Dapatnya segitu aja kalau nggak antre nggak bakalan dapat. Kan yang beli disini, bukan hanya warga Panjer saja, tapi banyakk yang dari luar juga,” ujarnya.
Untuk memenuhi kebutuhan, sejumlah pengecer lain mengaku terpaksa berkeliling dari pangkalan satu ke pangkalan lain yang masih menyediakan stok gas elpiji itu. Kepala Bagian Perekonomian Setda Kebumen, Wahyu Siswanti mengatakan, kelangkaan elpiji 3 kg akibat meningkatnya permintaan. Selain itu, diduga karena banyak migrasi pengguna dari 12 kg ke elpiji 3 kg.
Hal ini terjadi karena disparitas harga yang terpaut cukup tinggi, yakni Rp 150 ribu per tabung untuk elpiji 12 kg, sedangkan untuk elpiji 3 kg hanya berkisar Rp 18.000. Wahyu Siswanti membantah jika kuota elpiji untuk Kabupaten Kebumen dikurangi. Justru, kata dia, pada awal puasa ini alokasinya ditambah hingga 150 persen dari kebutuhan normal.
Sedangkan pada Juli mendatang Pertamina akan kembali menambah alokasinya menjadi 300 persen dari kebutuhan normal. Penambahan ini dilakukan sebagai antisipasi meningkatnya kebutuhan masyarakat pada Ramadan dan Idul Fitri.
“Alokasi kebutuhan normal di Kabupaten Kebumen setiap harinya mencapai 24.800 tabung. Kalau untuk satu bulan dikalikan saja 26 hari,” terang Wahyu Siswanti, ditemui usai mengikuti Rapat Paripurna DPRD Kebumen, Senin (22/6).
Selain alokasinya yang ditambah, agar tidak terjadi kelangkaan pihaknya juga menata ulang pangkalan. Saat ini sudah terdapat 901 pangkalan yang sudah tersebar di 460 desa/kelurahan. “Jadi masing-masing desa sekarang sudah ada pangkalannya,” bebernya.
Tak cukup sampai disitu, Pemkab Kebumen juga telah menerbitkan surat edaran terkait dengan Harga Eceran Tertinggi (HET) di tingkat pengecer. Dalam edaran tersebut mengatur penjualan tertinggi hingga di tangan konsumen sebesar Rp 18.000 per tabung. “Kalau ada yang menjual lebih dari itu, kita tindak,” tegasnya.
Pihaknya juga menghimbau, pangkalan elpiji 3 kilogram di Kabupaten Kebumen dilarang tutup saat hari lebaran mendatang. Hal ini dilakukan agar kebutuhan masyarakat tetap terlayani, meski saat hari raya lebaran tiba.Pihaknya akan mengatur jadwal libur pangkalan yang ada di Kabupaten Kebumen. Sehingga tidak setiap harinya ada pangkalan elpiji 3 kilogram tetap buka.(ori/ Radar Banyumas /LintasKebumen©2015)