Kembangkan Kopi Pesisir ; URUT SEWU

MENJADIKAN Kebumen sebagai sentra kopi berkualitas adalah mimpi besar yang ingin diwujudkan Yuri Dulloh (36). Tak sedikit yang mencibir impian laki-laki asal Desa Pucangan, Kecamatan Ambal, Kebumen itu.

Maklum, sebagai daerah rendah yang memiliki temperatur panas, banyak yang menganggap hampir mustahil di wilayah Kebumen tanaman kopi bisa tumbuh dengan baik. “Saya dianggap gila saat mulai menanam kopi di pekarangan rumah.

Tapi saya yakin kopi bisa tumbuh dengan baik, mengingat dalam sejarahnya pada masa kolonial, Kebumen pernah menjadi salah satu daerah penghasil kopi,” kata Yuri dalam perbincangan dengan Suara Merdeka di kebun kopi di pekarangan rumahnya, barubaru ini. Sayangnya, kata dia, komoditas kopi Kebumen sejak 30 tahun lalu tak lagi eksis di pasar nasional maupun ekspor kopi Indonesia.

Hal itu seiring dengan lunturnya tradisi bertanam kopi dari petani. Bahkan tanaman kopi benar-benar habis setelah banyak pohon yang ditebang dan diganti dengan tanaman cengkih. “Sebenarnya, saat ini masih ada sisa-sisa pohon kopi yang umurnya sudah puluhan tahun, tetapi tumbuh dengan liar tak ada yang memperhatikan,” imbuhnya.

Akhirnya, sejak beberapa tahun lalu alumni Akademi Sekretaris dan Manajemen (ASMI) Desanta Yogyakarta itu bertekad merintis lagi budidaya kopi di Kebumen dengan sistem pertanian organik. Saat ini pria yang hobi bermain biola itu mulai menikmati hasilnya setelah bisa memanen kopi yang dibudidayakannya. Yuri menargetkan kebun miliknya menghasilkan kopi kualitas ekspor bercitarasa khas kopi pesisir.

“Saya memiliki impian di pesisir selatan nanti akan ditanami berbagai jenis kopi, seperti Arabica, Robusta, Liberica maupun Javanica,” ujarnya seraya menyebutkan dirinya telah menanami pesisir di Kecamatan Petanahan dengan aneka kopi.

Diperhitungkan

Ya, sejak dihidupkan kembali budidaya kopi di Kebumen di tahun 2009 oleh Yuri, budidaya tanaman kopi meluas. Apalagi gagasan itu disambut positif Dinas Perkebunan dan Kehutanan (Dishutbun) Kebumen yang melakukan tanam kopi secara besaran-besaran.

Selain ditanam di lahan milik masyarakat, tanaman kopi dibudidayakan di bawah tegakan di hutan negara yang dikelola Perhutani. Budidaya itu juga bekerja sama dengan Lembaga Masyarakat Desa Hutan (LMDH). “Saya optimistis, masa depan kopi Kebumen akan diperhitungkan, baik di tingkat nasional maupun internasional,” tandas pria yang kini melabeli kopi produksinya dengan merek Yuam Roasted Coffee.

Meski masih skala kecil, kopi olahan Yuri dipasok ke kafe-kafe di Yogyakarta dan Jakarta. Cita rasa kopi pesisir yang unik membuat kopi Kebumen banyak juga disukai para penikmat kopi dari mancanegara.

Di rumahnya, Yuri mengajak Suara Merdeka untuk cupping coffee berbagai jenis kopi yang hasil olahannya, mulai dari Arabica, Robusta, Liberica dan kopi Jawa. “Diseduh menjadi kopi tubruk maupun espresso, kopi khas Kebumen tidak kalah dengan racikan cafe-cafe terkenal,” tandasnya.

Tekad mengembangkan kopi bagi Yuri, selain dia pernah bekerja di cafe, juga pengalamannya sebagai marketing di perusahaan bursa saham di Jakarta. Setiap bertemu dengan klien selalu dilakukan di cafe, dengan harga kopi yang cukup mahal. (Supriyanto-32)

sumber : suaramerdeka.com