Nelayan Tanggulangin Pilih Tak Melaut
KEBUMEN – Sudah beberapa bulan terakhir para nelayan di Desa Tanggulangin Kecamatan Klirong galau. Produksi ikan tangkap di menurun hingga 70 persen. Imbasnya, para nelayan tradisional wilayah setempat enggan untuk melaut karena takut merugi.
Kasori (40) salah satu nelayan setempat mengatakan, kondisi laut sekarang sedang tidak bersahabat. Dijelaskannya saat ini ombak dilaut sedang besar ditengah, dengan begitu maka ikan sangat langka. Dengan adanya musim langka ikan ini maka para nelayan sering mengalami kerugian.
Pasalnya biaya yang dikeluarkan untuk membeli bahan bakar biasanya mencapai Rp 100 ribu, namun hasil tangkapan ikannya hanya Rp 60 ribu. “Kalau melaut kadang rugi . Hasilnya tidak seberapa. Kalau langka ikan masih mending, ini tidak ada sama sekali ,” katanya.
Dia menduga, kelangkaan ikan terjadi karena saat ini ikan sedang bermigrasi ke tempat lain. Dengan begitu maka ikan yang ada di kawasan laut selatan sepi. Sepinya hasil tangkapan para nelayan berimbas pada tersendatnya pasokan ikan di Tempat Pelelangan Ikan (TPI) Tanggulangin.
Karsiyem (38) salah satu pedagang ikan mengatakan, ia harus mencari ikan ke TPI lain demi memenuhi pesanan dari para konsumen. Biasanya, ia akan mencari ikan ke TPI Tegalretno, Kecamatan Petanahan atau Karangbolong.
Berbeda dengan di Tanggulangin, Karsiyem masih bisa mendapatkan ikan di TPI Karangbolong dengan jumlah yang cukup. Pasalnya TPI tersebut mendapat pasokan ikan dari para nelayan Cilacap. “Ya mau gimana lagi, kita harus mencari barang agar bisa jualan. Maka meskipun jauh tetap harus dicari,” ungkapnya.
Kendati hasil tangkapan ikan sedang serpi, harga ikan relatif stabil. “Saat ini harga ikan di TPI Tanggulangin sekitar Rp 30 ribu perkilo untuk jenis bawal, dan Rp 18 ribu perkilo untuk jenis layur,” pungkasnya. (mam/nun)
sumber : http://www.radarbanyumas.co.id/nelayan-tanggulangin-pilih-tak-melaut/