Nyamuk DB Tak Mempan Difogging

KEBUMEN-Dinas Kesehatan Kebumen terus menggalakkan pemberantasan sarang nyamuk (PSN) di wilayah yang menjadi endemis demam berdarah. Yang terbaru, Dinas Kesehatan melalui Puskesmas Kebumen I melakukan PSN di Desa Candiwulan dan Kelurahan Panjer, Kecamatan Kebumen, Sabtu dan Minggu (7-8/2).


Kepala Puskesmas Kebumen I, Asep Hartoyo, menyatakan digencarkannya PSN karena upaya fogging atau pengasapan untuk memberantas nyamuk Aedes Agepty yang membawa virus dengue penyebab penyakit demam berdarah, bukan lagi cara yang efektif.     “Selain itu, di Desa Candiwulan dan Kelurahan Panjer sudah pernah difogging dua kali. Jadi sekarang kita tekankan ke PSN-nya,” terang Asep Hartoyo, disela-sela acara di Desa Candiwulan, akhir pekan lalu.


Ia menjelaskan, di wilayah kerja Puskesmas Kebumen I sejak awal tahun lalu telah ditemukan sedikitnya 10 kasus positif DBD. Yakni lima kasus di Desa Candiwulan, lima kasus lainnya di Kelurahan Panjer. Namun, potensi akan bertambah masih sangat besar menyusul masih terdapat beberapa warga yang dirawat di rumah sakit, yang diduga suspect DB.


Sebelum PSN dilakukan, para petugas terlebih dulu memberikan sosialisasi tentang pentingnya kebersihan lingkungan kepada masyarakat di Desa Candiwulan dan Kelurahan Panjer. Setelah itu, mereka dibagi dalam beberapa kelompok untuk menyasar seluruh rumah warga. Mereka mengecek seluruh bak penampungan air, dan perabotan lain yang berpotensi dapat menampung air. Bahkan, tempat penangkaran burung di Desa Candiwulan juga tak luput dari kegiatan ini.


Acara pemberantasan sarang nyamuk tersebut, melibatkan unsur TNI, petugas kesehatan, petugas Jumantik, kader Posyandu, masyarakat setempat, dan pelajar SD sekitar. Tampak hadir, Danramil Kebumen Kapten Inf Suyatno, Kepala Puskesmas Kebumen I Asep Hartoyo, Kasi Promkes Dinkes Kebumen, Widi Subarkah, Kasi Pemberantasan Penyakit Sri Retnaningsih, dan Kasi Info Litbangkes Arum.


“Kita sengaja melibatkan anak-anak SD, agar mereka sejak dini sadar akan kebersihan lingkungan, serta akan menjadi budaya yang baik buat mereka,” imbuhnya.


Terpisah, Kabid Pengendalian Masalah Kesehatan (PMK) Dinkes Kebumen, Tri Anggorowati, menjelaskan berdasarkan penelitan yang dilakukan pada 2014, nyamuk penyebab DBD, Aedes Aegypti di Kebumen, telah bermutasi. Akibatnya, nyamuk jenis ini kebal terhadap fogging atau pengasapan. Penyebabnya, karena fogging atau pengasapan yang terlalu sering dilakukan. Karenanya, bukan memberantas nyamuk, fogging secara terus-menerus membuat nyamuk resisten terhadap insektisida biasa.


“Bagi wilayah yang difogging tiga kali, nyamuk sudah kebal,” kata Tri Anggoro.


Bahkan saat ini, kata dia, telah terjadi transovarial. Yakni anak nyamuk dari induk nyamuk aedes aegypty yang di dalam darahnya mengandung virus DBD, bisa langsung menularkan DBD tanpa perlu terlebih dahulu menggigit penderita DBD.     “Cara paling efektif untuk memberantas nyamuk ini adalah dengan 3M plus,” ujarnya.


Menurutnya, upaya menguras, mencuci, dan menutup, tempat penampungan air merupakan upaya terbaik mencegah wabah demam berdarah. Fogging, ujarnya, memiliki risiko membuat nyamuk resisten terhadap insektisida dan hanya membunuh nyamuk dewasa, tidak dengan jentik nyamuknya.


Untuk diketahui, di Kabupaten Kebumen, kasus DBD di tahun 2014, tercatat 129 kasus dengan 3 penderita meninggal dunia. Di awal 2015 ini, sudah tercatat 32 kasus dengan satu penderita meninggal dunia.(ori/TTG)

sumber : suaramerdeka.com

FOTO-A-HL-7.jpg