Tak Ada Jembatan, Rakit Jadi Andalan
KEBUMEN - Bagi sebagian warga pedesaan yang bermukim di sekitar Sungai Luk Ulo di Kecamatan Alian, Pejagoan, Karangsambung, Sadang dan Karanggayam Kabupaten Kebumen, manfaat rakit bambu yang dioperasikan sebagai alat penyeberangan sangatlah berarti, khususnya bila di dekat tempat tinggal mereka tak ada jembatan untuk menyeberang.
"Menyeberang dengan rakit kami lakukan bila ingin menempuh jalan pintas yang lebih singkat menuju suatu tempat, ketimbang harus menempuh jalan darat yang memutar dan jauh. Dengan menggunakan rakit jaraknya lebih dekat dan lebih cepat sampai ke tujuan," ujar Adi (18), warga Desa Kemangguan Kecamatan Alian Kebumen, saat hendak menyeberangi Sungai Luk Ulo dengan rakit bersama beberapa orang temannya menuju Desa Kebagoran Kecamatan Pejagoan Kebumen, Rabu (21/01/2015).
Untuk menyeberang sungai selebar 100 meter itu dengan rakit hanya dibutuhkan waktu 2 menit saja dengan ongkos Rp 2.000 /orang. Sedangkan bila menempuh jalan darat yang penuh tikungan sejauh 30 kilometer dari Kemangguan ke Kebagoran dengan sepeda motor dibutuhkan waktu sekitar 30 sampai 40 menit.
Selain di Kemangguan, warga yang mengoperasikan rakit untuk menyeberang Sungai Luk Ulo juga terdapat di Desa Kaligending, Kedungwaru dan Karangsambung di Kecamatan Karangsambung dan Desa Peniron Kecamatan Pejagoan. Para tukang rakit itu mengaku bahwa jam-jam ramai biasanya pada jam-jam berangkat dan pulang sekolah serta pada musim orang menggelar hajatan.(Dwi) (KRjogja.com)