Mendesak, Normalisasi Sungai Kedungbener

KEBUMEN – Forum Daerah Aliran Sungai (FDAS) Kebumen, menyesalkan banjir yang terus berulang terjadi setiap hujan turun di sepanjang bantaran Sungai Kedungbener. Dalam waktu dua bulan ini saja, sedikitnya tiga kali terjadi banjir akibat tanggul tidak sanggup menahan luapan air. Yang terbaru terjadi pada Minggu (4/1) malam lalu, sejumlah desa di Kecamatan Alian dan Kebumen terendam banjir.

Ketua ForumDAS Kebumen, Mohammad Sudjangi, mengatakan penyebab meluapnya sungai setiap hujan turun karena alur Sungai Kedungbener mengalami pendangkalan yang luar biasa. Sehingga jika terjadi peningkatan debit air, air akan meluap baik ke pekarangan, sawah, jalan raya maupun permukiman penduduk. Pasalnya, di beberapa titik dasar sungai sejajar dengan permukiman pendudukan. “Ini akan membahayakan masyarakat yang tinggal di dekat sungai,” kata  Mohammad Sudjangi.

Untuk mengatasi persoalan ini, kata dia, bukan hanya memperbaiki tanggul yang jebol saja. Tetapi, alur sungai juga mendesak dinormalisasi. “Bukan hanya Sungai Kedungbener, sungai lain juga perlu perhatian juga seperti di daerah aliran sungai Luk Ulo dan sejumlah sungai di DAS Telomoyo,” ujar sesepun Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) Kebumen ini.

Normalisasi tersebut juga untuk sejumlah sungai yang bermuara di Sungai Telomoyo. Jika tidak dilakukan normalisasi, setiap musim penghujan bisa dipastikan akan terjadi luapan air sungai.

“Banjir berdampak cukup luas di bidang pendidikan, sosial, maupun ekonomi. Di bidang pertanian dipastikan berdampak pada produktivitas padi di Kebumen,” tegasnya.

Terkait seringnya banjir di Sungai Kedungbener, menurut Sudjangi juga dipengaruhi sejumlah faktor. Selain tingginya sedimentasi juga disebabkan oleh kesalahan pola tanam dan alih fungsi lahan menjadi pemukiman. Meski tidak bisa disalahkan, pembangunan juga sedikit banyak membawa dampak negatif.

Misalnya untuk proyek-proyek betonisasi membuat air tidak langsung meresap ke tanah tetapi langsung mengalir ke drainase. Apalagi masyarakat di perkotaan saat ini sangat pragmatis. Di gang-gang tanah sudah ditutup semen sehingga turun hujan sedikit sudah banjir. Sudjangi meminta Pemkab Kebumen untuk segera berkoordinasi dengan Balai Besar Wilayah Sungai Serayu Opak (BBWSO) agar persoalan ini cepat selesai.

Sebelumnya, banjir yang menerjang Desa Sumberadi, Kecamatan Kebumen, Minggu (4/1) malam mengakibatkan kerusakan sejumlah infrastruktur.  Selain itu, seluruh kelas, ruang kantor, perpustakaan dan fasilitas lain di SD Negeri Sumberadi tergenang banjir.

Tak hanya di SD Negeri Sumberadi, di SMP Negeri 6 Kebumen yang letaknya tak jauh dari Balai Desa Sumberadi juga mengalami nasib serupa. Seluruh ruang kelas juga terendam genangan banjir. Bahkan sedikitnya 245 buku pelajaran kelas 7 dan 8 rusak dan sejumlah perangkat laboratorium bahasa terendam.

Banjir juga menerjang sejumlah desa di Kecamatan Alian, seperti di Desa Krakal, Kalirancang, Sawangan, Bojongsari, Surotrunan dan Seliling. Banjir tersebut menggenangi beberapa ruas jalan yang mengakibatkan terputusnya jalur vital penghubung Desa Krakal dan Kebumen.

Desa Krakal kembali terendam banjir setelah akhir tahun 2014 lalu diterjang dua kali banjir cukup parah. Jalan sepanjang 300 meter di timur Kantor Kecamatan Alian terendam banjir setinggi hingga pinggang orang dewasa. Penyebabnya, karena sungai tak mampu menampung air, sehingga meluap melalui tanggul darurat yang baru diperbaiki. Namun, banjir kali ini tidak sampai menggenangi rumah warga.(ori/nun)

 

sumber : http://www.radarbanyumas.co.id/