Batu Bercorak, Keajaiban Alam yang Eksklusif

BAGI penggemar batu akik nusantara, batu seperti candu. Seorang yang awalnya sama sekali tidak berminat tiba-tiba menjadi kolektor batu dadakan. Setelah seorang menyukai satu batu akik, keinginan menambah koleksi menjadi sulit terbendung. Setidaknya begitulah pengakuan sejumlah penggemar batu akik di Kebumen. Berawal dari sekadar ikut-ikutan tren, akhirnya mereka belajar seluk beluk batuan, utamanya batuan lokal. Akhirnya, dari mulai memiliki satu batu, koleksi pun terus bertambah hingga puluhan, bahkan ratusan. Apalagi Kebumen kaya atas jenis batuan, baik batuan bening, hingga batuan bercorak.

Biasanya, para pemula menyukai batuan bening. Tetapi seiring dengan banyaknya koleksi, mereka menyukai jenis batuan bergambar. Corak dalam batu bisa menyerupai manusia, binatang, pemandangan, maupun seperti tulisan maupun simbol tertentu. “Batuan bercorak merupakan keajaiban alam, karena itu selain eksklusif juga memiliki nilai tinggi,” ujar Miming (42), pemilik workshop Bursa Batu di Jalan Pemuda Nomor 6 Wonokriyo, Gombong, Kebumen kepada Suara Merdeka, baru-baru ini.

Menurut Miming, jika muncul corak unik dan langka dari sebuah batu akik, harganya bisa melambung tinggi. Bahkan salah satu koleksinya, batu bercorak tulisan “Allah” dia tawarkan dengan harga yang prestisius Rp 1 miliar. Sebagai jaminan batu tersebut orisinal, batu berbentuk liontin itu sudah dilengkapi dengan sertifikat. Batu Ginggang Salah satu batuan bercorak, yang saat ini sedang ramai dibicarakan, yakni batu jenis ginggang. Batu jenis ini memiliki garis atau tekstur indah. Jika batu digoyangkan akan terlihat gerakan mirip gerak air dalam batu. Kata ginggang berasal dari Bahasa Jawa yang artinya bergeser, bergerak atau berubah.

Kelebihan batu ginggang ini, dari kemampuannya menyerap cahaya dan energi secara halus. Energi dan cahaya yang diserap selanjutnya dipancarkan kembali keluar dengan membentuk gerak yang indah, mengalun seperti gerak air, tenang dan menyejukkan. “Keindahan batu ginggang tak hanya bisa dinikmati dari tekstur batu yang memiliki garis-garis indah dan lembut, corak warna seperti kuning dan merah juga menambah keindahan tersendiri pada batu ini,” imbuh Bambang Indrajit, sesepuh komunitas pencinta batu Badar Besi Kebumen.

Para penggemar batu, kata dia, lebih memilih jenis yang jernih. Adapun teknik penggosokan atau pembentukan pada batu jenis ginggang ini sangat menentukan hasil akhir yang akan sangat berpengaruh terhadap daya serap dan pancar energi, termasuk gerak yang ada. Salah menangani bisa berakibat fatal, karena itu muncul istilah ginggang hidup dan ginggang mati. Di Kebumen, batu ginggang banyak ditemukan di aliran Sungai Luk Ulo. Karena keberadaannya yang banyak ditemukan di dalam air, para perajin batu akik, banyak yang memanfaatkan tenaga para penyedot pasir di sepanjang Sungai Luk Ulo. Dari para penyedot pasir inilah, para perajin membeli bahan batu ginggang seukuran buah salak dengan harga per biji bahan ginggang Rp 20.000 hingga 50.000. (Supriyanto-32)

 

sumber : suaramerdeka.com