Perbaikan Bendung Kedungwringin Telan Rp 16 M

SEMPOR  - Bendungan pengendali sedimentasi di hulu Waduk Sempor persisnya di Desa Kedungwringin, Kecamatan Sempor, yang jebol pada 6 Agustus lalu mulai ditangani. Perbaikan dilakukan melalui anggaran tanggap darurat Kementarian Pekerjaan Umun (PU) sebesar Rp 16 miliar.

Pantauan di lapangan, terdapat sedikitnya empat alat berat berupa backhoe yang mengeruk material sedimentasi. Sejumlah pekerja sibuk memasang tiang pancang di kanan kiri bangunan bendungan yang jebol. Sementara itu, tidak jauh dari bendungan mesin pemecah batu terus beroperasi.

“Pelaksanaan perbaikan mulai dilakukan sejak sebulan lalu,” ujar Pejabat Pembuat Komitmen (PPK) PKSDA I Balai Besar Wilayah Sungai -Serayu Opak (BBWS-SO), Tri Surya Irawan, saat dihubungi, Rabu (19/11).

Ia menyebutkan, penanganan dilakukan dengan penguatan bangunan atau sedikit berbeda yang bangunan awal. Yakni dengan meningkatkan angka keamanan bangunan. Selain itu dilakukan penambahan panjang baja. Ini dilakukan untuk mencegah rembesan air lewat bawah bendungan. “Untuk konstruksinya dengan menggunakan cor beton, mengingat material sulit untuk masuk ke lokasi,” ujar Tri Surya Irawan.

Lebih lanjut, Tri Surya menyampaikan, pekerjaan tersebut merupakan ranah tanggap darurat. Pembangunan akses jalan, pembuatan dinding penahan bagian hulu sebelah kiri dianggarkan dengan swakelola. Sedangkan penanganan bangunan yang jebol dan pembangunan lantai dasar dianggarkan dari Kementerian Pekerjaan Umum, dengan total anggaran mencapai Rp 16 miliar. Pekerjaan ini ditarget selesai Desember mendatang.

Terpisah, Anggota Dewan Sumber Daya Air Provinsi Jawa Tengah, Eddy Wahono manambahkan, perbaikan dam tersebut dimulai sejak 10 September lalu. “Bendung pengendali sedimen di Waduk Sempor dibangun pada 2008 sebagai upaya menahan laju sedimentasi dari hulu bendung,” terangnya.

Namun, pada 6 Agustus 2014, bendung tersebut jebol akibat beberapa faktor diantaranya beban sedimentasi mencapai kisaran 200.000 meter kubik, berkurangnya daerah resapan, dan hujan di bagian hulu sungai serta permasalahan teknis lainnya yang sedang dikaji oleh Balai Sabo Pusat Penelitian dan Pengembangan Sumber Daya Air Kementerian Pekerjaan Umum, Yogyakarta.

Lebih lanjut, dia mengatakan, waduk Sempor merupakan salah satu waduk di Indonesia yang masuk dalam kategori kritis. Hal itu dikarenakan daya tampung Waduk Sempor semakin menurun karena laju sedimentasi cukup tinggi. Sementara, kebutuhan air bagi masyarakat semakin meningkat.Waduk Sempor memiliki banyak manfaat di antaranya untuk pengairan atau irigasi pertanian, sarana pembangkit listrik tenaga air (PLTA), pengendali banjir, penyedia air minum, perikanan darat, dan pariwisata.

Sedangkan, Kepala Bidang Irigasi pada Dinas Sumberdaya Air Energi dan Sumberdaya Mineral (SDA ESDM) , Muchtarom, mengatakan, tingginya laju sedimentasi di Waduk Sempor perlu menjadi perhatian serius. Jika terus dibiarkan, waduk yang diresmikan tahun 1978 itu umur operasionalnya tidak akan panjang. Merujuk data Balai Besar Wilayah Sungai Serayu Opak (BBWSSO) kondisi awal waduk tahun 1978 volume air di tampungan mencapai 52 juta m3.

Namun pada pengukuran terakhir tahun 1998 volume maksimal air waduk tinggal 38,363 juta m3. Diketahui volume sedimen antara 1994-1998 mencapai 1,488 juta m3. Apalagi kondisi itu diperparah jebolnya bendung pengendali sedimen yang ada di hulu Waduk Sempor di Desa Kedungwringin. Dengan menurunnya kapasitas volume air waduk, kemampuan operasional dalam melayani irigasi juga berkurang.

“Jika kondisi awal air Waduk Sempor mampu mengairi lahan pertanian seluas 6.478 hektare, saat ini diperkirakan hanya mampu mengairi lahan pertanian seluas 4.000 hektare,” ujarnya.

Seperti diberitakan, dam pengendali sedimen di hulu Waduk Sempor tersebut jebol pada 6 Agustus sekitar pukul 04.00. Tidak ada korban jiwa dalam peristiwa itu, tetapi kerugian material diperkirakan mencapai miliaran rupiah. Kejadian itu bermula sehari sebelumnya di pegunungan sekitar wilayah Sempor terjadi hujan deras. Air mengalir dan memenuhi dam pengendali sedimentasi.

Karena tergenangi air dan air hujan masih terus mengalir sehingga menggerus, rembes yang akhir dam tidak kuat menahan arus yang deras. Akibatnya tanggul jebol sepanjang 20 meter, lebar 8 meter dan tinggi 7 meter. Akibat jebolnya bangunan bendung pengendali sedimentasi, air yang berada di hulu waduk langsung mengalir ke waduk utama. Sementara itu, kawasan genangan yang berada di sebalah utara bendung pengendali saat ini kering. Bahkan, sebagian warga memanfaatkan lahan tersebut untuk bercocok tanam.(ori/bdg/radarbanyumas) 

SUMBER: http://www.beritakebumen.info/2014/11/perbaikan-bendung-kedungwringin-telan.html#ixzz3JZ73X2Bk