Kopyor, Makanan Favorit Khas Ramadan

ADA sejumlah makanan yang hanya dapat dijumpai setahun sekali. Pada bulan Ramadan misalnya, ada beberapa jenis makanan yang tidak banyak ditemui selain saat Puasa. Kopyor salah satunya. Makanan tradisional ini menjadi salah satu favorit melengkapi menu buka puasa.

Makanan sejenis kolak yang dicampur dengan berbagai macam bahan itu sudah ada sejak puluhan tahun silam. Kopyor terbuat dari santan dengan campuran pisang raja, kelapa muda, roti tawar, dan kolang-kaling. Sebagai pewangi alami dicampurkan daun pandan. Aneka bahan itu bungkus dengan daun pisang sebelum kemudian dikukus. Setelah matang makanan khas ini siap disajikan baik saat masih hangat atau dingin.

Laniwati (61), salah satu pembuat kopyor di Kampung Keposan, Kebumen mengakui pada bulan Puasa ini, pembuat Kopyor meningkat hingga 400%. Sebelum Puasa dia hanya biasa membuat kopyor 50 bungkus/hari. Namun selama puasa rata-rata membuat sampai 200 bungkus. Biasanya kopyor ini diambil oleh para pedagang keliling.

"Kalau saat puasa seperti ini saya biasanya dibantu tenaga, karena tidak bisa seorang diri," ujar Laniwati saat ditemui Suara Merdeka di rumahnhya RT 03 RW 05 Kampung Keposan, Kebumen, Jumat (11/7).

Bahan Baku

Menurut perempuan yang sudah membuat kopyor selama 30 tahun itu, satu bungkus kopyor dijual kepada para pedagang sebesar Rp 3.000. Selanjutnya, kepada konsumen ada yang menjualnya kembali dengan harga Rp 3.500 - Rp 4.000. Diakuinya harga tersebut masih sama dengan tahun lalu, pada saat Ramadhan ini harga bahan bau tinggi.

"Biasanya kolang-kaling harganya Rp 7.000, tetapi sekarang sudah mencapai Rp 11.000/kg," imbuhnya. Dia mengatakan, pihaknya juga menerima pesanan dalam jumlah banyak seperti untuk keperluan buka puasa bersama.

Ya, di Kampung Ngeposan memang terdapat beberapa keluarga pembuat kopyor. Pada umumnya pembuat makanan tradisional ini sudah berlangsung secara turun temurun. Salah satunya pasangan Budi Winarto (70) dan Aiwa (57) yang merupakan keturunan ketiga penerus pembuat kopyor. Tak hanya menjual kopyor, keluarga ini juga membuat sejumlah makanan tradisional lainnya seperti jenang delima, candil, dan jenang mutiara.

Untuk kopyor khusus dibuat saat bulan puasa, selebihnya, makanan yang merupakan modifikasi dari kolak itu dibuat ketika ada pesanan saja. Pasalnya, jarang yang bisa membungkusnya. Untuk membungkus bahan-bahan itu diperlukan kesabaran. (Supriyanto-78)

 

sumber : suaramerdeka