Harga Gula Melambung, Produsen Kecap Limbung

KEBUMEN (Suara Merdeka) -Melambungnya harga kedelai tidak begitu dirasakan oleh para produsen kecap di Kabupaten Kebumen. Namun mereka justru limbung oleh kenaikan harga gula jawa yang begitu tinggi. Maklum, kebutuhan kedelai relatif kecil jika dibandingkanan dengan gula jawa yang menjadi bahan baku utama.

Hal itu dibenarkan oleh Lamin (56) pemilik pabrik kecap tradisional "Bawang Merah". Dia hanya membutuhkan kedelai untuk diambil sarinya sebagai bumbu. Untuk l0 kg kedelai hitam bisa untuk campuran sebanyak 1 ton gula jawa.

"Apalagi sekarang ini,sudah ada di pasaran sari kedelai yang relatif lebih efisien," ujar Lamin saat ditemui. Suara Merdeka di rurnahnya di Dusun Gunungmujil, Kelurahan Bumirejo, Kecamatan/Kabupaten Kebumen, Kemarin.

Lamin menyampaikan, harga gula jawa terus naik sejak enam bulan terakhir. Harga gula jawa dulu masih Rp 6.000/kg, namun sekarang ternbus Rp 12.800/kg. Padahal dalam sehari rata-rata dia membutuhkan setengah ton gula jawa. Setelah diolah, 1 kg gula jawa hanya bisa menghasilkan 1,5 kg kecap.

Bahan baku gula jawa menjadi persoalan bagi produsen kecap. Apalagi saat ini gula kelapa asal Kebumen banyak dijual keluar daerah. Beberapa tahun terakhir, gula Kebumen untuk memenuhi kebutuhan pabrik besar seperti Indofood dan Sedap.

"Kenaikan harga gula rnemang cukup berat terasa, karena gula jawa menjadi bahan utama produksi kecap, " ujar pria asli Desa Sidoagung, Kecamatan Sruweng itu.

Pemasaran Lancar

Sebenarnya, dari sisi pemasaran pengusaha yang memulai memproduksi kecap sejak 1993 itu tidak menghadapi kendala berarti. Selain untuk pasar Kebumen, kecap produksinya juga dipasarkan di sebagian Cilacap dan dulu sampai Purworejo. Adapun kecap yang dipasarkan terdiri atas tiga macam kemasan yakni botol plastik 75 ml dan 275 ml serta botol kaca 620m1.

Soal kualitas,kata Lamin yang dibantu tujuh orang tenaga kerja kecap tradisional tidak kalah dengan kecap yang diproduksi pabrik besar. Hanya saja, masyarakat tidak melihat kualitas dan kandungan didalamnya, tetapi lebih mementingkan rasa. Selain itu, kecap merek ternama juga menang dalam hal promosi.

”Soal kualitas kami sebenarnya tidak kalah. Kecap yang kami produksi juga tidak mengandung bahan pengawet," ujar pria yang sehari-hari menjadi guru di SMK Maarif I Kebumen itu.

Disebutkannya, di Kebumen hingga saat ini terdapat tiga produsen kecap yang masih eksis. Selain kecap '"Bawang Merah", kecap produksi kota berslogan "Beriman" itu ialah kecap "Kencana" dan kecap ”Mliwis”. Dua merek tertakhir cukup larna dikenal oleh masyarakat Kebumen. (JI9-91)

Pengumuman nominasi proposal RUD.pdf