Pasar Kerajinan Sabut Kelapa Lesu

 

KEBUMEN - Sejak awal 2014, kondisi pasar kerajinan sabut kelapa lesu, utamanya pasar luar Jawa. Sejumlah perajin di Desa Rentewringin, Kecamatan Buluspesantren, Kebumen, mengaku tidak mengetahui secara pasti faktor penyebabnya.

Salah satu perajin, Siswati (42) warga Desa Rantewringin mengatakan, pasar luar Jawa turun drastis. Jika pada 2013 dia mampu mengirim barang sebanyak empat truk dengan empat kali kirim dalam sebulan, kini baru sekali kirim. Kondisi tersebut membuat perajin terpaksa menurunkan jumlah produksinya.

"Awalnya order dari pelanggan sudah masuk. Namun, mereka tak kunjung membayar uang muka, sehingga kami tak bisa memenuhi pesanannya," katanya, kemarin.

Dijelaskan, produk yang paling banyak diminta pasar luar Jawa yakni keset kecil penyaring pasar dan coco mesh media reklamasi lahan. Produk tersebut dikirim dengan sistem order berikut uang muka 50 persen. Menyikapi masalah lesunya pasar perajin terpaksa memperbanyak membuat keset biasa untuk memenuhi pasar Pulau Jawa. "Pesanan luar Jawa memang sangat banyak. Satu truk bisa berisi 10.000 meter coco mesh," jelasnya.

Luar Negeri

Perajin lain, Purwanto (40) mengatakan, jangkauan pasar kerajinan sabut kelapa di antaranya mencakup wilayah Pulau Jawa, Sumatera, Kalimantan, dan NTT. Kerajinan tersebut juga pernah dikirim ke luar negeri, Jepang dan Taiwan. Kendati saat ini kondisi pasar lesu, namun perajin optimistis kondisi itu akan berangsur normal.

"Mungkin, tahun ini pasarnya lesu karena dipengaruhi oleh adanya pemilu," katanya.

Dia mengatakan, diperkirakan dalam satu atau dua bulan ke depan kondisi pasar akan membaik. Sebab, saat ini sejumlah pesanan dari luar jawa juga mulai masuk.

Menurut dia, potensi kerajinan sabut kelapa masih sangat potensial untuk dikembangkan. Produk andalan berupa coco mesh kini banyak digunakan untuk media reklamasi lahan di kawasan pertambangan di Kalimantan dan Sumatera. Coco mesh digunakan untuk melapisi tebing batu agar bisa ditanami tanaman.

Selain itu, coco mesh juga dapat digunakan sebagai media penahan abrasi pantai. Hal itu sesuai dengan program pemerintah untuk menjaga kelestarian lingkungan dengan biaya murah dan ramah lingkungan. (K42-78)

sumber : suaramerdeka