31.000 Ha Hutan Berpotensi Kritis

 

KEBUMEN - Sebanyak 31.000 hektare hutan di Kebumen berpotensi kritis. Kondisi itu kian mengkhawatirkan, mengingat banyak proposal yang masuk ke Dinas Kehutanan dan Perkebunan belum bisa dipenuhi.

Di samping itu, kondisi tanaman yang ada di hutan juta belum ideal terkait jarak penanamannya, yakni 5x5 m. Warga juga lebih memilih tebang butuh dari pada tebang pilih. Tebang butuh dilakukan setiap butuh uang, pohon ditebang. Adapun tebang pilih memprioritaskan pohon ditebang. Adapun tebang pilih memprioritaskan pohon yang ditebang sudah tua. Sementara lahan yang seharusnya untuk hutan rakyat di lereng pegunungan malah dicangkuli untuk sawah. Akibatnya, tanah yang gembur itu gampang longsor. Parahnya, longsoran itu masuk ke sungai, sehingga airnya berwarna kecoklatan. Sungai yang digunakan utnuk berbagai keperluan warga itu pun menjadi keruh. "Vegetasi di lereng pegunungan memang masih kurang," kata Kabid Rehabilitasi Konservasi Tanaman Kehutanan pada Dishutbun Kebumen Sus Agus Sutirto.

Lebih lanjut, lahan yang potensial kritis itu tingkatannya masih di bawah agak kritis. Berdasarkan data dari Kementrian Kehutanan, jumlah lahan sangat kritis 1.338,824 hektare, kritis 5.951,558 hektare, dan agak kritis 14.538,938 hektare.

Sudah Ditangani

"Kondisi lahan itu, semua sudah ditangani. Sekarang tinggal tersisa sekitar 31 ribu hektare yang potensial kritis," imbuhnya.

Lahan yang tinggal selangkah lagi mencapai tingkat tidak kritis itu terus diupayakan agar dilakukan konservasi. Bantuan tahun ini seluas 225 hektare untuk hutan rakyat dan 250 hektare untuk pengkayaan. Untuk hutan rakyat per hektarenya 400 batang, dan pengkayaan per hektarenya 250 batang," Hutan rakyat dianggap ideal jika ditanami dengan jarak 5x5 m, sedangkan pengkayaan 8x5 m," terang Sus.

Pihaknya juga membuat perencanaan pengelolaan rehabilitasi hutan dan lahan selama lima tahun seluas 3.500 hektare. Perencanaan itu selanjutnya dibuat rencana tahunan seluas 700 hektare per tahun. Dana diambil dari APBN, APBD Provinsi dan kabupaten.

Dana tersebut antara lain untuk pembuatan kebuh hutan rakyat. Program nasional itu untuk kelompok, yang tiap unitnya mendapat Rp 50 juta. "Dana langsung diterima kelompok untuk pembuatan bibit sesuai keinginan kelompok yang kami bimbing," kata Sus sembari menambahkan, bibit tanamannya antara lain jati, albasia, akasia, maoni, dan gemelina. Lahan yang ditanami masing-masing kelompok itu antara 60-80 hektare. (K5-32)

sumber : suaramerdeka