Dampak Gempa di Waduk Sempor Diteliti ; Kekuatan Struktur Bangunan Perlu Diuji

 

SEMPOR - Pascagempa bumi dengan kekuatan 6,2 SR, kondisi waduk Sempor dalam kondisi normal.Tidak ditemukan retakan atau rembesan air di dinding bangunan. Akan tetapi direkomendasikan perlu diuji kekuatan struktur bangunan yang membutuhkan alat dan teknologi khusus.

Demikian hasil mitigasi kondisi geologi di Waduk Sempor yang dilakukan oleh Tim Geologi UGM, Minggu (2/2). Pantauan yang dilakukan oleh Dwikora Karnawati bersama peneliti geologi UGM lain Wahyu Wilopo itu untuk mengetahui apakah dampak gempa bumi menyebabkan pola gerakan tanah atau menyebabkan perubahan struktur bangunan waduk.

Pasalnya, akibat gempa tersebut dikhawatirkan menyebabkan perubahan struktur bangunan waduk dan longsornya lereng di sekitar waduk yang diresmikan tahun 1978 itu.

"Di Italia, Perancis dan Amerika seriing terjadi kasus waduk yang jebol akibat bendungan yang tidak kuat menahan jumlah muatan air," ujar Dwikorita saat meninjau kondisi Waduk Sempor.

Keberadaan batuan beku yang secara alami ada di sekitar dinding penyanggah bangunan Waduk Sempor diakui Wahyu Wilopo memperkuat ketahanan bangunan waduk. Bahkan batuan itu pula yang bisa mengantisipasi aplifikasi dari gelombang gempa. "Batuan kompak, keras dan massif mampu meredam getaran gempa," ujarnya.

Perubahan Gerak Tanah

Namun dilihat dari sisi lereng yang jadi pembatas pada saluran pelimpahan air atau spillway, ditemukan kondisi lereng yang mengalami perubahan gerakan tanah. Ada retak deformasi di sekitar tanggul penahan tebing di saluran pelimpahan air.

"Kemungkinan ada gangguan kestabilan batuan pada lereng yang ada di atasnya," imbuh Dwikorita.

Keretakan pada tanggul penahan lereng itu imbuh Rita, sapaan akrabnya, disebabkan lereng yang ada disekitar spillway tidak dilengkapi saluran drainase. Dengan begitu air rembesan lereng menyebabkan kerusakan struktur bangunan tanggul.

Jika dibiarkan hal itu akan mengakibatkan perubahan gerakan tanah pada daerah lereng sehingga memberikan tambahan tekanan pada bangunan bendungan.

"Di sekitar lereng Bendungan Sempor ini dulunya merupakan zona longsor purba yang bisa teraktivasi kembali yang dipicu hujan deras," katanya seraya menunjukkan bukti banyaknya bongkahan batu besar ada di atas lereng.

Bahkan di sebelah utara waduk terdapat lereng dengan elevasi yang sangat curam yang di atasnya terdapat boulder yang sewaktu-waktu bisa runtuh dengan jarak luncur 180,7 meter. Sementara di kaki lereng adalah jalan penghubung Kebumen dan Banjarnegara.

"Kami sarankan drainase air di sekitar lereng segera diatur dan batu-batu yang mau runtuh dikuatkan," tandasnya.

Usai meninjau Waduk Sempor, Tim Geologi UGm melanjutkan mengunjungi Masjid Jami At Taqwa di Desa Kranggan, Pekuncen, Banyumas. Robohnya masjid tersebut menurut Wahyu Wilopo, tidak dipicu perubahan geologi atau zona gerakan tanah yang ada di daerah tersebut. Penyebab lainnya karena tidak kokohnya struktur bangunan masjid menahan goncangan gempa. (J19-91)

sumber : suaramerdeka