Desa Gemeksekti Pusat Batik Kebumen

 

KEAHLIAN membatik yang dimiliki warga Desa Gemeksekti, Kecamatan/Kabupaten Kebumen sudah berlangsung turun temurun. Daerah tersebut sejak lama dikenal luas sebagai gudangnya pembatik.

Menurut sesepuh Desa Gemeksekti Fadli Kuntadi (67), orang yang pertama kali mengajari warga membatik yakni Syekh Baribin. Tokoh panutan tersebut merupakan anak dari Pangeran Prabu Brawijaya IV. Semasa hidupnya, Syekh Baribin yang juga murid Pangeran Kajoran itu gemar menolong sesama.

Ia yang memiliki ajian burung gemek yang sakti pun dengan sukarela mengajari sejumlah warga membatik.

Dalam mengajari warga membatik, dia menyediakan kain mori yang tidak diketahui cara memperolehnya, sehingga semua warga kebagian.

Masing-masing lantas menggoreskan malam pada kain putih tersebut. Dengan telaten, mereka lama kelamaan lihai membatik. Jumlah warga yang mengikutinya tidak sedikit dan membentuk lingkungan masyarakat yang bermukim di satu desa yang bernama Gemeksekti. Nama tersebut diambil dari ajian burung gemek yang sakti, milik Syekh Baribin.

Perjalanan Syekh Baribin berlanjut di Desa Grenggeng, Kecamatan Karanganyar hingga wafat. Ia dimakamkan di Dusun Setonokunci Desa Grenggeng. Makam tersebut hingga kini ramai dikunjungi peziarah.

"Syekh Baribin sangat berjasa bagi warga Desa Gemeksekti karena mengajari membatik dan hingga kini masih dilestarikan," kata Kuntadi sembari menambahkan, yang diajarkan adalah batik sekar jagat.

Kejayan 1970-an

Batik tersebut kini dikembangkan oleh Imron. Batik di Desa Gemeksekti lainnya yang hingga kini masih dikembangkan diberi nama Luk Ulo milik Akhiran, batik Pawitah milik Ny Pawit, batik Zahra milik Sahilan, dan batik milik Surip yang belum diberi nama.

Kepala Desa Gemeksekti Ngumuludin menambahkan, kerajinan batik di desanya mengalami kejayaan pada 1970-an. Pada saat itu sudah mampu ekspor ke Afrika dengan berlabel "Gemek Emas". Selain itu juga dipasarkan di berbagai daerah di Indonesia, selain untuk pasar lokal. "Produksi yang dihasilkan pada saati itu melimpah, dan mampu meningkatkan taraf ekonomi masyarakat setempat," katanya.

Di desa ini juga terdapat pabrik kain mori, sehingga para perajin tidak perlu membeli dari luar. Pengusaha yang mampu melakukan terobosan waktu itu bernama Imam Zarkasyi. Dan, hampir setiap rumah di desa tersebut menjadi perajin batik. Kesibukan yang dilakukan warga setempat pun saban harinya membatik. Suasana itu membawa keindahan tersendiri dan masih terasa hingga sekarang.

Ini bisa terlihat dari gapura yang terpampang tulisan "Kampoeng Batik" di jalan Kebumen-Karangsambung. Di desa tersebut juga tengah dibangun pusat informasi batik (PIB) di kompleks Balai Desa Gemeksekti.

Pembangunan PIB itu ditangani Badan Keswadayaan Masyarakat (BKM) Makmur Jaya Desa Gemeksekti, yang dikoordinasi oleh Muhammad Khabidun. Menurutnya, pembangunan PIB untuk memotivasi pembatik lokal di empat dusun Desa Gemeksekti yakni Tanuraksan, Tangkil, Sumeang dan Watubarut. Selain itu juga untuk mendukung pengembangan objek wisata. "Kami ingin mengembalikan kejayaan Batik Gemeksekti seperti tahun 1970-an," jelas Khabidun. (Arif Widodo-45)

sumber : suaramerdeka