Geliat Perajin Cobek Pejagatan

KEBUMEN  - Musim hujan membuat geliat perajin gerabah cobek di Desa Pejagatan, Kecamatan Kutowinangun, Kabupaten Kebumen, menurun. Dampaknya, penghasilan perajin ikut turun.

Hujan menjadi kendala karena pengeringan masih mengandalkan terik sinar matahari. Tidak mengherankan jika membuat cobek di musim hujan, menjadi pekerjaan yang cukup menyita tenaga dan waktu.

"Kalau musim hujan repot. Harus cepat mengangkat cobek yang sedang dijemur ketika tiba-tiba turun hujan, serta menjemur lagi ketika matahari kembali bersinar. Karena itu, cobek yang dibuat tidak sebanyak musim kemarau," ujar Pariyem (43) perajin cobek di Dukuh Kedungsumur Pejagatan, Senin (27/01/2014).

Selain produksi diturunkan sehingga penghasilan berkurang, hujan juga membuat proses produksi menjadi lebih lama. Kondisi itu membuat perajin harus bersabar mendapatkan uang dari jerih payahnya.

"Kalau kemarau, dua minggu sudah bisa memperoleh uang. Namun kalau hujan, paling cepat tiga minggu baru bisa menjual," lanjut Pariyem yang menjual Rp 1.200 untuk satu cobek ke bakul langganan yang datang ke rumah.

Cobek dari tanah liat dibuat dengan memanfaatkan alat sederhana yang disebut perbot. Alat itu memutar gumpalan tanah liat hingga membentuk cobek. Perajinnya didominasi kaum perempuan. Mereka bekerja sambil mengasuh anak, serta memasak. (Suk)(KRjogja.com)