Petani Jagung Bekerja Keras Dapatkan Harga Normal

KEBUMEN  - Panen jagung di musim penghujan oleh sejumlah petani jagung di Kebumen, beresiko tingginya kadar air pada jagung yang dipanen. Tingginya kadar air itu menyebabkan harga jagung jatuh, hanya Rp 2 ribu/kg atau jauh di bawah harga normal Rp 3 ribu sampai Rp 3.200,-/kilogram.

"Satu-satunya cara agar petani bisa mendapatkan harga normal adalah dengan cara kerja keras menjemur jagungnya sampai kadar airnya turun mencapai kadar air minimal," ujar Parjiyo (50), petani sekaligus  pengepul jagung Desa/Kecamatan Buluspesantren    Kebumen, Kamis  (12/12/2012).

Menurut Parjiyo, di Kebumen jagung ditanam sepanjang tahun, termasuk di musim penghujan. Alasan petani menanam jagung di musim penghujan adalah tak perlu repot menyirami tanamannya, sehingga menghemat pengeluaran bahan bakar untuk mesin penyedot air. Tak heran, di musim penghujan 2013 ini banyak petani jagung Kebumen yang memasuki masa panen.

"Namun kadar airnya sangat tinggi, bisa mencapai 50 persen lebih. Padahal kadar air minimalyang masih ditoleransi oleh pasar adalah 15 sampai 17 persen. Tak heran jagung dengan kadar air tinggi itu harganya jatuh, jauh di bawah harga normal atau bahkan ditolak oleh pabrik," jelas Parjiyo yang memasarkan jagungnya ke berbagai pabrik pakan ternak dan tepung maizena di berbagai daerah.

Menurut pengepul jagung lainnya, Suroto (40), warga Desa Bocor Kecamatan Buluspesantren Kebumen, menurunkan kadar air jagung di musim penghujan bukanlah perkara mudah. Dibutuhkan waktu lebih dari 7 hari untuk mencapai kadar air minimal. Padahal di musim kemarau, penjemuran jagung hanya butuh waktu beberapa jam saja. Tak heran, musim panen jagung di musim penghujan sering dikeluhkan petani karena proses pengeringan memakan waktu dan tenaga.

"Kadar air minimal adalah syarat terpenting dalam penjualan jagung. Bila kurang kering mungkin dalam waktu seminggu jagung sudah berjamur dan ditolak pasar. Sedangkan bila mencapai kadar air minimal, kondisinya tetap bagus meskipun disimpan berbulan-bulan," jelas Suroto. (Dwi) (KRjogja.com)