Jamur Beauveria Dikembangkan

 

KEBUMEN - Petani di wilayah Desa Panjatan, Kecamatan Karanganyar saat sedang mengembangkan jamur Beauveria bassiana. Jamur tersebut dibuat secara alami menggunakan sistem sederhana dan murah. Selain itu dinilai efektif mengendalikan hama walangsangit yang kerap menyerang tanaman padi.

Ketua Pusat Penelitian Pertanian dan Pedesaan Swadaya (P4S) Sinar Mutiara Desa Panjatan, Kecamatan Karanganyar, singgih Purnomo mengatakan petani mulai dikenalkan dengan pengembangan jamur tersebut untuk merawat tanaman. Pembuatannya sangat sederhana, yakni menggunakan media walangsangit yang sudah mati dan nasi setengah matang.

"Seekor walangsangit yang telah mati itu kemudian dicampur dengan nasi setengah matang sebanyak setengah ons dan didiamkan selama tujuh hari. Jamur akan tumbuh dan bisa dipakai langsung untuk menyemprot padi seluas 100 ubin," katanya saat menerima kunjungan petugas Laboratorium Pertanian Sorong, Papua Barat, Joko Priyanto, Rabu (4/9).

Purnomo menjelaskan, jika petani ingin memperbanyak jamur itu cukup dengan mencampur nasi setengah matang yang telah ditumbuhi jamur (biang jamur) dengan air bekas untuk mencuci beras sebanyak dua liter. Campuran tersebut kemudian ditambah air sumur sebanyak 12-14 liter, dicampur gula pasir 5-7 sendok makan kemudian didiamkan selama tujuh hari. "Setelah jadi, adonan itu akan muncul bau seperti tape," imbuhnya.

Daya Tahan

Cara penggunaannya diungkapkannya satu gelas aplikasi jamur itu dicampur 12-14 liter air bisa untuk menyemprot lahan padi 100 ubin. Jika yang digunakan adalah air mentah maka daya tahan aplikasi itu selama 3 bulan. "Kalau air matang maka akan tahan selama 2 tahun," jelasnya.

Ditambahkan dia, walangsangit yang telah terkontaminasi jamur akan mati. Jika walangsangit itu bersentuhan dengan kelompoknya maka kelompok itu akan mati.

"Dengan demikian, petani bisa mengembangkan cara tersebut secara mandiri tanpa harus bergantung pada obat pestisida pabrikan. Ramuan ini mudah, murah dan manjur," tuturnya.

Joko Priyono yang menyaksikan pembuatan ramuan itu mengaku akan mencoba mengembangkan di Sorong. Pengetahuan petani tentang pengendalian hama selama ini masih sangat minim dan cenderung mengandalkan obat pabrikan. Petani saat ini masih lebih mandiri dan inovatif untuk meningkatkan kesejahteraan hidupnya.

"Petani harus  mulai mengembangkan pertanian yang ramah lingkungan," katanya. (K42-91)

sumber suaramerdeka