Musim Paceklik, Nelayan Menganggur

 

AYAH-Menghadapi Lebaran, para nelayan di Pantai Pasir, Kecamatan Ayah, Kebumen merasa galau. Bagaimana tidak, musim paceklik seperti saat ini mengakibatkan para nelayan lebih banyak menganggur di rumah ketimbang pergi melaut.

Gelombang tinggi dan angin timur yang melanda Saudera Indonesia membuat ratusan di Pantai Pasir tak mau ambil risiko untuk nekat melaut.

Terlebih lagi, kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) khususnya premium membuat mereka semakin berhitung saat akan pergi menangkap ikan.

Suratman (47) anggota Kelompok Nelayan Mina Karya dari sekitar 400 perahu yang ada di Pantai Pasir, tidak lebih dari 10 nelayan yang berani melaut. Pasalnya gelombang di laut mencapai 3-4 meter.

"Sekarang yang berangkat melaut yang nyalinya benar-benar tinggi," ujar Suratman, kemarin.

Menurut dia, dalam sekali melaut satu perahu bisa menghabiskan Rp 90-100 liter premium. Di tingkat eceran, premium dengan campuran oli Rp 9.000/liter. Kenaikan harga BBM itulah yang membuat biaya operasional melaut melambung.

"Yang membuat bingung, harga lelang ikan masih tidak ada perubahan dibandingkan dengan harga sebelum kenaikan BBM," ujarnya.

Terjerat Hutang

Dia menambahkan, saat ini sebenarnya sedang musim tangkapan ikan bawal. harga ikan bawal putih ukuran 2 ons Rp 70.000/kg sedangkan untuk ukuran 5 ons lebih dari Rp 100.000/kg. "Selain itu musim rajungan dengan harga lelang Rp 35/kg," katanya.

Parikin (40) anggota Kelompok Nelayan Mina Kebumen menambahkan, krisis cuaca yang tidak menentu membuat para nelayan terjerat hutang. Pasalnya, seringkali modal yang dikeluarkan tidak sebanding dengan nilai hasil tangkapan. Padahal modal tersebut sebagian besar hasil pinjaman dari para juragan.

"Makanya banyak nelayan di sini yang menjual ikan dengan sistem ijon, tidak melalui lelang. Tentu harganya di bawah harga lelang," ujar Parikin yang memilih memanfaatkan libur melaut dengan memperbaiki sendiri perahu miliknya.

Tak hanya terjerat hutang untuk biaya operasional, sebagian nelayan masih memiliki kuwajiban membayar cicilan perahu yang belum lunas. Harga satu unit perahu sekitar Rp 11 juta.

Belum lagi mesin motor perahu yang mencapai Rp 16 juta. "Menjelang Lebaran, nelayan bisanya hanya bingung dan bingung," ujarnya pasrah. (J19-91)

sumber : suaramerdeka