KEBUTUHAN AWUL-AWUL TINGGI ; Perajin Datangkan Tambang Limbah Kapal
KEBUMEN - Tingginya permintaan produk berbahan baku sabut kelapa Kebumen dari pasar dalam negeri dan ekspor menyebabkan para perajin pengurai sabut kelapa menjadi serabut kelapa atau 'awul-awul', kewalahan. Untuk mengatasi tingginya permintaan 'awul-awul' itu, mereka pun mendatangkan tambang sabut kelapa yang merupakan limbah kapal dari berbagai daerah.
"Saat ini kami kesulitan memenuhi permintaan para perajin keset dan barang kerajinan sabut kelapa dari berbagai desa di Kebumen, selain karena tingginya jumlah awul-awul yang diminta, juga disebabkan tingginya frekuensi hujan. Sebab, mereka menuntut awul-awul dari kami dalam kondisi yang benar-benar kering agar kualitas barang yang mereka produksi bisa prima," ungkap Muhammad Habib (40), salah satu produsen awul-awul, di tempat usahanya, Desa Ayam Putih Kecamatan Buluspesantren Kebumen, Selasa (16/07/2013).
Muhammad Habib mengeluhkan kondisi cuaca yang kurang mendukung kebutuhan para perajin kerajinan sabut kelapa yang butuh awul-awul kering dalam jumlah banyak dan dalam waktu yang cepat. Awul-awul yang pengeringannya kurang maksimal akan mengakibatkan kualitas barang jatuh. "Bila kualitas barang buruk tentu akan dikomplain oleh para pemesan," jelas Habib.
Habib mengaku sulit memenuhi permintaan para perajin kerajinan sabut kelapa mengingat sabut kelapa Kebumen saat ini kondisinya basah akibat tingginya curah hujan. Untuk mengeringkannya secara maksimal tentu dibutuhkan waktu yang lama. Untuk memenuhi tuntutan produsen kerajinan itu, Habib akhirnya mendatangkan tambang sabut kelapa dari berbagai daerah seperti Tegal dan Cilacap.
Tambang sabut kelapa itu dikeluarkan dari badan kapal-kapal yang rusak atau tak digunakan lagi dan sudah dianggap sebagai limbah oleh pemilik kapal. Tambang-tambang itu dibeli Habib seharga Rp 12 perkilogram. Setelah dipotong-potong sepanjang 30 centimeter, potongan-potongan itu dimasukkan ke dalam mesin pengurai sabut kelapa, sehingga dihasilkan awul-awul.
Pengiriman tambang sabut kelapa oleh para pengepul limbah kapal itu biasanya seminggu dua kali. Sekali kirim jumlahnya cukup banyak, sampai beberapa ton, sehingga bisa memenuhi kebutuhan para perajin kerajinan sabut kelapa. (Dwi)(KRjogja.com)