Harga Genting Melambung
KEBUMEN - Kondisi cuaca dan semakin sulitnya memperoleh bahan baku membuat harga semua jenis genting mengalami kenaikan. Jumlah produksi setiap perajin juga mengalami penurunan . Padahal, tingkat kebutuhan pasar terus mengalami kenaikan.
Kenaikan harga itu sudah berlangsung dua bulan. Namun demikian, keuntungan yang diperoleh perajin tidak mengalami kenaikan, karena harga bahan baku dan biaya produksi juga mengalami kenaikan.
Saat ini harga genting jenis plentong dijual Rp 1.400 atau naik dari harga sebelumnya Rp 1.100 per biji. Genting jenis pres kodok juga naik dari harga Rp 1.400 menjadi Rp 1.750 per biji. Genting jenis morando seharga Rp 2.500 atau naik dari harga Rp 1.900 per biji.
Hal sama juga terjadi pada genting magas yang naik dari Rp 1.400 menjadi Rp 1.750 per biji.
"Yang paling mempengaruhi naiknya harga genteng yakni sulitnya mencari bahan baku," keluh Khudlori (45) salah satu perajin Desa Kedawung, kecamatan Pejagoan, Senin (10/6).
Dia menjelaskan, kenaikan harga tersebut terjadi di semua sentra perajin genting yakni di Kecamatan Kebumen, Pejagoan, Sruweng, Klirong dan Adimulyo dengan selish yang tak begitu jauh. Untuk mendapatkan bahan baku perajin harus mencari di luar wilayah berjarak sekitar 10-15 kilometer.
"Perajin di Pejagoan banyak mencari bahan baku di wilayah Kecamatan Karanganyar, Sruweng dan Klirong," kata dia.
Sulit Kering
Bagian perajin ada yang membeli bahan mentah seharga Rp 250 per potong. Dari sepotong bahan baku itu bisa dibuat satu genting. Padahal, sebelumnya harga bahan baku itu hanya Rp 180 saja. "Harga bahan baku juga naik," keluh Khudlori.
Dia menambahkan, kondisi cuaca yang masih turun hujan juga membuat proses pengeringan genting mengalami kesulitan. Jika biasanya hanya dibutuhkan waktu 3 hari untuk pengeringan maka sekarang dibutuhkan waktu sekitar satu minggu.
"Pokoknya sekarang serba mahal," imbuhnya.
Warga lain, Sugiyanti (40) mengatakan, curah hujan yang masih tinggi menjadikan kondisi tanah lokasi pengeringan menjadi lembab. Hal itu berpengaruh terhadap turunnya kualitas genting yang dihasilkan. "Kalau lahannya lembab otomatis afkiran gentingnya menjadi banyak," ujar dia.
Namun demikian, lanjutnya penyerapan pasar terhadap genting masih sangat tinggi. Genting dari Kebumen biasa mencukupi kebutuhan kabupaten di sekitar Kebumen. Bahkan, ada juga yang beredar di Jawa Barat.
"Kedepan, antara tingkat kebutuhan pasar dan produksi genting tidak akan seimbang mengalami penurunan. Hal ini akan membuat harga genting juga naik terus," katanya. (K42-91)
sumber : suaramerdeka