Solar Langka, Omzet Penggilingan Padi Turun
KEBUMEN - Sejumlah pengelola penggilingan padi di Kebumen mengeluhkan kelangkaan solar bersubsidi sejak beberapa hari terakhir. Pasalnya, mesin penggiling padi tidak bisa beroperasi secara maksimal karena terkendala bahan bakar. Akibatnya, penghasilan mereka turun 50 persen.
Jamaludin (30) salah satu pengelola penggilingan padi di Desa Jogomertan, Kecamatan Petanahan, mengaku kesulitan bahan bakar sejak tiga hari lalu. Untuk mendapatkan solar, dia terpaksa mengantre lama di SPBU. Bahkan, setiap hari dia rela berkeliling ke sepuluh SPBU yang ada di Kebumen demi mendapatkan solar.
“Antre lama, dan kadang tak kebagian solar. Terpaksa mesin penggilingan padi tidak bisa beroperasi,” katanya saat ditemui di SPBU 44.543.09 Jl Lingkar Selatan, Taman Winangun, Kebumen, Selasa (2/4).
Padahal, lanjut dia, saat ini Kebumen sedang musim panen padi dan masyarakat membutuhkan jasa penggilingan padi. Dalam sehari biasanya dia mampu memproses padi menjadi beras sebanyak 4 ton gabah kering, tetapi saat ini hanya 2 ton saja. Jika kelangkaan ini tidak segera diatasi, akan berdampak pada ekonomi masyarakat kecil. “Kami sangat terganggu,” katanya.
Terkait pembatasan pembelian solar bersubsidi yang dilakukan Pemkab Kebumen, yakni setiap pembeli hanya boleh membeli solar 20 liter per hari, dia mengaku kurang sepakat. Sebab, kebutuhan penggilingan padi dalam satu hari membutuhkan solar lebih dari 20 liter. “Ya, akhirnya jadi serbarepot,” ujar dia.
Wagiman (35), warga Kebumen menjelaskan, pembatasan pembelian itu bukan solusi terbaik untuk mengatasi masalah tersebut. Sebab, antara jumlah pengguna solar bersubsidi dengan suplai solar tidak seimbang. Hal itu diperparah dengan banyaknya kendaraan luar kota yang mulai masuk ke Kebumen untuk membeli solar. “Kendaraan antarkota-antarprovinsi masa hanya dikasih solar 20 liter. Yang benar saja,” keluh dia.
Pengelola penggilingan padi yang lain, Sulis (32) warga Petanahan mengatakan, kondisi memprihatinkan ini sangat meresahkan pelaku usaha kecil dan menengah. Setiap hari, dia harus berjuang keras untuk mencari solar. “Saya ke SPBU membawa jerigen tiga buah. Satu punya saya sendiri, lainnya titipan dari teman. Saya sudah jauh-jauh datang dari Petanahan ke Kota Kebumen, masa cuma dikasih solar 20 liter,” ujar dia kesal. (K42-78)
sumber : SM