Kelapa Langka, Ekspor Minyak Terganggu
KEBUMEN- Tingginya permintaan pasar ekspor minyak kelapa jenis 'Healthy Coconut Oil' ternyata tak bisa dipenuhi oleh para perajin minyak kelapa Kebumen. Hal itu disebabkan menurunnya stok buah kelapa di sepanjang musim penghujan ini, sehingga harganya pun mahal mencapai Rp 3 ribu perbutir.
" Produksi minyak di musim penghujan ini memang lebih rendah dibandingkan musim kemarau. Penurunan kapasitas produksinya bisa mencapai 30 sampai 40 % dari kapasitas normalnya. Dari 250 liter perminggu, kini hanya tinggal 100 liter perminggu saja," jelas Manager Koperasi Sun Coco Desa/Kecamatan Petanahan Kebumen, Widodo, di rumah seorang perajin minyak kelapa HCO di Desa Petanahan, Selasa (12/3).
Minyak kelapa produksi para perajinnya di Petanahan adalah (HCO) yang diproses dari santan kelapa tanpa pemanasan. Di pasar internasional dipercaya memiliki kualitas yang baik bagi kesehatan, sehingga harganyapun lebih tinggi dibanding minyak kelapa yang diproses dengan pemanasan. Karena itu, pangsa terbesarnya adalah ekspor dan di dalam negerinya didominasi mmasyarakat menengah ke atas.
" Seusai diproduksi, minyak itu kami tampung untuk dipasarkan. Harganya Rp 25 ribu perliter. Sedangkan negara tujuan eskpornya adalah Korea, Singapura, Malaysia, Cina dan Jerman," jelas Widodo.
Faktor minimnya produksi HCO Petanahan selain disebabkan kelangkaan dan tingginya harga buah kelapa, juga dipengaruhi kesulitan pembuatannya, karena dari santan kental untuk menjadi HCO harus dikocok selama 12 jam. Akibatnya, jumlah perajin yang sanggup kontinyu berproduksi pun baru mencapai 5 orang.(Dwi) (KRjogja.com)