SAIK 2019 di Bangka Belitung
KEBUMENKAB.GO.ID - Diantara panelist, yang tampil pada acara SAIK 2019 di Bangka Belitung, Kamis (24/10) adalah seorang Profesor Renald Kasali seorang akademisi dan penulis buku-buku Disruption. Pada kesempatan itu, Prof. Renald mengangkat tema "Mengelola Kerumunan" yang sejatinya merupakan intisari dari bukunya yang terbaru yang berjudul #MO.
Mengawali ceramahnya, Profesor itu mengungkapkan, kata #MO sendiri merupakan singkatan dari "Mobilisasi" dan "Orkestrasi", yang masing-masing membawa perubahan signifikan terhadap banyak hal, mulai dari marketing, komunikasi publik, pelayanan jasa publik, arsip hingga pengelolaan ekonomi. "Saat ini, jaman sudah berubah. Teknik memobilisasi orang, kelompok atau kerumunan sudah berubah. Tidak lagi harus bertemu secara fisik. Perubahan dalam mobilisasi dapat dirasakan misalnya, munculnya isu melalui media sosial yang digaungkan menggunakan tagar atau hastag tertentu, telah menggiring opini publik ke dalam kepentingan tertentu"
Sementara orkestrasi, menurut guru besar Universitas Indonesia itu, ditandai dengan munculnya cara-cara baru dalam value creation yang menjadi dasar ekonomi produktif. Bila dulu, katanya lagi, value creation bersifat internal dan didapat dari aset-aset tangible, saat ini beraset intangible.
"Inilah era #MO, era yang membuat banyak teori-teori bisnis jadi usang, dan berbagai model bisnis tak lagi relevan. Banyak orang yang kebingungan. Dan yang pasti, era yang membuat banyak orang gagal paham. Termasuk, di kalangan akademisi yang masih berkutat dengan teori dan asumsi lama," pungkas Rhenald.
Di bagian akhir ceramahnya, Profesor Rhenald Kasali mengingatkan sudah saatnya untuk berubah dalam menyebarluaskan informasi, menggerakkan dan menanggapi "aspirasi" masyarakat. Profesor Renald Kasali seorang akademisi dan penulis buku-buku Disruption. Pada kesempatan itu, Prof. Renald mengangkat tema "Mengelola Kerumunan" yang sejatinya merupakan intisari dari bukunya yang terbaru yang berjudul #MO.
Mengawali ceramahnya, Profesor itu mengungkapkan, kata #MO sendiri merupakan singkatan dari "Mobilisasi" dan "Orkestrasi", yang masing-masing membawa perubahan signifikan terhadap banyak hal, mulai dari marketing, komunikasi publik, pelayanan jasa publik, arsip hingga pengelolaan ekonomi.
"Saat ini, jaman sudah berubah. Teknik memobilisasi orang, kelompok atau kerumunan sudah berubah. Tidak lagi harus bertemu secara fisik. Perubahan dalam mobilisasi dapat dirasakan misalnya, munculnya isu melalui media sosial yang digaungkan menggunakan tagar atau hastag tertentu, telah menggiring opini publik ke dalam kepentingan tertentu"
Sementara orkestrasi, menurut guru besar Universitas Indonesia itu, ditandai dengan munculnya cara-cara baru dalam value creation yang menjadi dasar ekonomi produktif. Bila dulu, katanya lagi, value creation bersifat internal dan didapat dari aset-aset tangible, saat ini beraset intangible. "Inilah era #MO, era yang membuat banyak teori-teori bisnis jadi usang, dan berbagai model bisnis tak lagi relevan. Banyak orang yang kebingungan. Dan yang pasti, era yang membuat banyak orang gagal paham. Termasuk, di kalangan akademisi yang masih berkutat dengan teori dan asumsi lama," pungkas Rhenald.
Di bagian akhir ceramahnya, Profesor Rhenald Kasali mengingatkan sudah saatnya untuk berubah dalam menyebarluaskan informasi, menggerakkan dan menanggapi "aspirasi" masyarakat.