Melongok Ketangguhan Perajin Tudung
SORE mulai singgah di Desa Tanjungsari Kecamatan Petanahan. Namun, kesibukan desa tersebut masih saja bergeliat dengan rutinitasnya membuat tudung atau caping yang terbuat dari bambu.
Hampir semua kaum perempuan di desa tersebut terlihat sibuk membuat anyaman bambu sebagai bahan dasar pembuatan tudung di halaman rumah mereka.
Rutinitas yang telah berlangsung turun temurun itu menjadi fondasi utama pemberdayaan ekonomi perempuan. Desa Grujugan, Sidomulyo Jogomertan, Kritig, Grogolbeningsari dan Grogolpenatus.
Di Kecamatan Klirong juga terdapat perajin tudung yang khusus memnbuat bagian kopiyah atau bagian dalam tudung.
Proses pembuatan kerajinan berbahan baku bambu tali mayoritas dikerjakan oleh kaum perempuan. Sementara para kaum laki-laki mengerjakan pekerjaan lain, seperti mengarap sawah atau menjadi buruh.
Pekerjaan membuat lambar (anyaman bahan dasar tudung) itu dikerjakan para ibu rumah tangga usai menyelesaikan pekerjaan rumah.
"Para ibu rumah tangga itu mulai kerja setelah masak, mencuci dan mengurus anak," kata Sibromalisi (27) warga Tanjungsari, Kecamatan Petanahan, Selasa (2/7).
Meski terdapat banyak sentra kerajinan tudung, namun tidak terdapat persaingan negatif dikalangan para perajin. Justru diantara perajin saling mendukung. Sebab proses pengerjaan kerajinan itu seperti sudah dibagi sedemikian rupa, menyesuaikan tahapan pembuatan tudung.
Misalnya, untuk wilayah perajin di Desa Tanjungsari dan Sidomulyo hanya membuat lambar saja.
Sementara perajin di wilayah Kecamatan Klirong hanya membuat bagian dalam atau kopiyah saja.
Hasil kerajinan dasar itu kemudian dibawa ke perajin Desa Grujugan untuk diproses akhir. "Semua sudah ada bagiannya sendiri, sehingga tidak terjadi persaingan," tutur perajin lain, Darojah (40). Rinto Hariyadi-86
sumber suaramerdeka