Beternak Kerbau Repot dan Tidak Ekonomis
KEBUMEN - Beternak kerbau yang sangat merepotkan dan kurang ekonomis, menyebabkan warga pedesaan Kebumen kini kurang berminat untuk memeliharanya. Namun sebaliknya, di beberapa desa tradisi beternak kerbau masih bertahan karena warga membutuhkannya untuk mengolah sawah mereka.
" Beternak kerbau lebih melelahkan dan merepotkan dibandingkan sapi. Bayangkan, dalam sehari, yakni pagi dan sore hari, kerbau harus berendam dalam kubangan air. Dari sisi pakan pun lebih boros ketimbang sapi," jelas Rakiman (40), peternak sapi Desa Jatimulyo Kecamatan Alian Kebumen, di rumahnya, Kamis (22/11).
Menurut Rakiman, selain merepotkan jumlah pakannya boros, bahkan, pakannya harus hijauan murni atau tak dicampur dengan konsentrat seperti pada sapi. Selain itu, kotorannya yang tak menggumpal menyebabkan sulit diolah menjadi pupuk kandang. Belum lagi bau kotorannya yang menyengat, kerap membuat tak nyaman warga sekitar kandang.
" Karena harus diangon dan dibawa ke kubangan, menyebabkan jalan kampung yang sering dilewati cepat rusak," tambah Rakiman.
Ketua Forum Kajian Usaha Ekonomi Kerakyatan Kebumen, Titi Sutrisno SE, menyebutkan bahwa kecilnya animo memelihara kerbau menyebabkan populasi kerbau Kebumen kini sangat kecil dan dikhawatirkan bakal punah.
" Beberapa desa seperti Glontor Kecamatan Karanggayam, Kaliwadas Kecamatan Karangsambung dan Rowosari Kecamatan Bonorowo tradisi beternak kerbau masih bertahan sebab, petaninya masih membajak sawah dengan hewan ini," jelas Titi. (Dwi)(KRjogja.com)