Terserang Hama, Hasil Panen Pepaya Turun



KEBUMEN - Sejumlah petani di Kecamatan Mirit mengeluhkan adanya serangan hama kutu putih, atau yang biasa disebut petani hama bangka. Akibat serangan tersebut hasil panen pepaya musim ini turun drastis. Hal itu dirasakan salah satu petani asal Desa Rowo, Kecamatan Mirit, Supono (45).

Dia mengatakan, serangan hama tersebut sudah terjadi cukup lama dan mengakibatkan bunga dan buah yang masih kecil rontok. Biasanya hama yang berwarna putih itu menempel di sela-sela tangkai bunga dan buah. "Sampai saat ini belum tahu obat yagn manjur untuk mengendalikan hama tersebut," keluhnya.

Pasalnya, berbagai obat telah disemprotkan tetapi tak kunjung membuahkan hasil. Bahkan, serangan tersebut bertambah banyak. Petani pun terpaksa melakukan pengendalian sebisanya dengan menyemprotkan air menggunakan pompa.

Penyemprotan itu menurut dia dilakukan dua kali seminggu. tujuannya agar hama yang menempel pada tangkai bunga bisa jatuh. "Tapi hama itu akan balik lagi." Keluhnya kemarin. Dia memaparkan, akibat serangan hama itu, hasil panen musim ini turun drastis dibanding musim sebelumnya. Musim lalu, sebanyak 250 pohon pepaya mampu menghasilkan delapan kwintal, tetapi saat ini hanya empat kwintal saja. "Selain itu, hama tersebut untuk mengebabkan kualitas buah pepaya turun," kata Supono.

Bervariasi

Jika pada awal pertumbuhan buah masuk kategori A, setelah terserang hama menjadi kualitas B dan C. Otomatis harga jualnya juga turun. "Jenis pepaya yang banyak ditanam petani saat ini adalah jenis Kalifornia yang diyakini memiliki kualitas unggul.Jenis tanaman tersebut hanya memerlukan waktu delapan bulan panen sejak usia tanam," tuturnya.

Kardiyono (60) salah satu petani pepaya Desa Wiromartan, Kecamatan Mirit mengatakan, budidaya tanaman pepaya jenis Kalifornia saat ini masih menjadi primadona warga Urut Sewu.

Jumlah petani yang menanam pun terus bertambah, mengingat budidaya tersebut cukup menjanjikan. "Setelah usia tanaman menginjak delapan bulan, tanaman sudah bisa berbuah dan bisa dipanen setiap minggu sekali," imbuhnya.

Harga jualnya bervariasi tergantung kualitas A biasa dijual Rp 2.500,- per kilogram, kualitas B dijual sebarga Rp 1.500 per kilogram dan kualitas C dijual seharga Rp 1.000 per kilogram.  Dalam waktu satu minggu petani bisa mengantongi hasil panen sekitar Rp 1 juta lebih, papar dia. (K42-91)

sumber suaramerdeka