Lobster Tolong Nelayan Ayah
KEBUMEN - Meski ombak besar terjadi di pesisir selatan sejak beberapa pekan terakhir, namun nelayan pantai selatan Kecamatan Ayah bisa sedikit tersenyum lega. Karena sejak dua pekan terakhir ini, mereka panen lobster yang memiliki nilai jual tinggi.
Barangkali ini merupakan masa panen lobster karena hampir semua nelayan yang melaut dipastikan pulang membawa belasan kilogram lobster kelas satu atau kualitas ekspor. Salah seorang nelayan, Mujimin (40) mengatakan, panen lobster sudah berlangsung sejak dua pekan terakhir. Dalam sekali tangkapan, nelayan paling sedikit membawa pulang lobster seberat dua kilogram.
"Untuk sekali melaut kami bisa memeroleh empat sampai lima kilo, kalau lagi sepi minimal bawa pulang dua kilo. Malahan, kalau lebih keras lagi bisa menangkap tujuh kilo lobster," aku Mujimin, yang warga Desa Pasir, Kecamatan Ayah.
Dia menjelaskan, meski hasil tangkapan tak sebanyak saat menangkap ikan. Namun, dari sisi pendapatan lebih menguntungkan. Satu kilogram lobster bisa dihargai Rp 250.000 hingga Rp 450.000, semua tergantung jenis lobster yang ditangkap para nelayan. Lobster merah dihargai Rp 250.000-Rp350.000 per kilogramnya, lobster hijau Rp 250.000-Rp 450.000, dan lobster mutiara Rp 600.000-Rp 1 juta per kilogramnya. "Jenis lobster itu ada tiga, yakni hijau, merah dan mutiara. Sedangkan kalau dilihat dari harganya, lobster mutiara lebih mahal, karena dijual sampai Rp 1 juta per kilogram," ungkapnya.
Sariman (37), nelayan lainnya menambahkan, selain nilai ekonomi lebih tinggi, jarak dan waktu tangkapan lebih pendek. Hal tersebut berdampak terhadap biaya yang dikeluarkan untuk melaut bisa lebih ditekan lagi. "Lobster kan banyak tinggal di karang-karang, sehingga fokus pencarian tidak jauh-jauh dari bibir pantai. Otomatis itu bisa menekan biaya beroperasi, apalagi saat ini BBM harganya naik," kata Sariman.
Keuntunggan lain mencari lobster, sambung dia, nelayan lebih banyak memiliki waktu senggang di siang hari. Sebab, mencari lobster berbeda dengan menangkap ikan. Untuk menangkap lobster, nelayan tidak harus berada di laut terus menerus.
Waktu penangkapan biasanya dimulai sore, mereka akan memasang bintur (alat tangkap lobster) di sekitar karang sebagai perangkap yang dipasang semalam. Adapun keesokan harinya, nelayan akan mengambil perangkap-perangkap itu beserta hasil tangkapannya. "Aktivitas kami banyak dilakukan di sore dan pagi hari. Jadi, untuk siang harinya bisa diisi dengan kegiatan yang lain. Umumnya waktu senggang itu digunakan nelayan untuk beraktifitas di ladang atau sawah," ungkap dia.
Selain lobster, nelayan pantai selatan juga menangkap rajungan yang harganya saat mencapai Rp 45.000 hingga 46.000, dan ubur-ubur antara Rp 1.300 hingga Rp1.500. (ori)
(kebumenekspres.com)