Tradisi Klotekan Bangunkan Sahur
KEBUMEN - Berbagai tradisi membangunkan sahur mewarnai setiap malam menjelang pagi di setiap Bulan Ramadhan. Mulai dari kata “Sahur” yang diucapkan lewat pengeras suara, bunyi kentongan dari pos ronda, hingga membunyikan alarm tanda sahur.
Di Kelurahan Tamanwinangun Kecamatan Kebumen, ada tradisi unik yang dilakukan oleh anak-anak untuk membangunkan warga agar melaksanakan sahur. Beberapa anak keliling kampung dengan bersorak-sorak dan bernyanyi sembari membunyikan musik yang dihasilkan dari peralatan sederhana.
Seperti yang dilakukan santri Mushola Baiturrohman RT 7 RW 3 Kelurahan Tamanwinangun Kecamatan Kebumen ini. Mereka dengan suka cita dan suka rela membangunkan warga untuk bersantap sahur. Mereka rela berjalan ratusan meter di tengah malam dengan melewati gang-gang jalan sempit di antara rumah-rumah penduduk demi membangunkan warga yang sedang tidur lelap.
Anak usia belasan tersebut, membawa peralatan sendiri-sendiri seperti, botol, ember bekas cat, besi dan lain sebagainya. Peralatan sederhana dibunyikan secara kompak, dengan sendirinya akan menimbulkan nada-nada yang enak didengar. Minimal dengan adanya kegaduhan dari musik tersebut, akan membuat bangun para ibu rumah tangga untuk membangunkan keluarganya melaksanakan sahur.
Rangga (13) salah satu anak mengaku senang dengan apa yang mereka lakukan itu. Bernyanyi sambil “klotekan” keliling kampung menjadi keasyikan tersendiri sembari menunggu waktu sahur tiba. Usai membangunkan sahur, anak-anak akan kembali ke mushola dan kemudian kembali ke rumah masing-masing untuk memelaksanakan sahur. “Kalau sudah membangunkan warga, baru kita sahur,” tuturnya diiringi sorak-sorak para temannya, Rabu (29/6/2016).
Menurutnya, membangunkan sahur merupakan bagian dari pada ibadah. Sebab jika sampai ada rumah yang tidak melaksanakan sahur karena tidak bangun, tentunya akan lemas saat menjalankan ibada puasa di siang harinya. Maka dari itu membangunkan orang untuk sahur merupakan bagian dari pada ibadah. “Kasihan kalau sampai tidak sahur. Sahur saja kadang puasanya masih lemas, apalagi kalau tidak sahur,” ungkapnya.
Khusnul Mutoharoh (35) ibu rumah tangga warga RT 2 RW 2 Kelurahan Tamanwinangun mengaku terbantu dengan adanya kegiatan anak-anak tersebut. Meskipun sebelum tidur dia mengaku selalu memasang alarm pada handphonenya. Namun suara gaduh dari anak-anak ternyata lebih efektif untuk membangunkan tidur. “Meski brisik namun sangat membantu, mereka biasanya lewat sini sekita pukul jam 03.00 WIB. Waktu tersebut cukup untuk menyiapkan segala keperluan sahur,” ucapnya. (mam) (kebumenekspres.com)