TPA Kaligending Hidupi Puluhan Warga

KEBUMEN  -  Keberadaan TPA Kaligending menjadi tempat mengais rezeki bagi sejumlah masyarakat setempat meski harus mempertaruhkan kesehatannya. Terdapat puluhan pemulung yang biasa mencari nafkah lewat gunungan sampah tersebut. Aktivitas mereka ini ternyata sangat berbahaya, terutama bagi kesehatan. Sebab, setiap harinya para pemulung ini bersentuhan dengan sampah, bahkan limbah B3.

Suyono (70), salah seorang pemulung di lokasi itu mengaku, setiap hari dirinya berjibaku dengan sampah untuk mencari barang bekas. Dari barang bekas itu dirinya bisa mendapatkan penghasilan. Alasan dia cuma satu, yang penting dapur tetap ngebul.  "Setiap hari kami disini. Nyari barang-barang bekas. Karena di lokasi ini kami menggantungkan hidup," tutur Suyono, di TPA Kaligending.

Dia mengaku, ada sekitar 20-an warga yang menggantungkan nasibnya di TPA tersebut. Setiap hari mereka menghirup bau sampah. Tapi, karena sudah terbiasa, bau sampah dan kotor sudah tak dirasakan lagi. Para pemulung ini tetap memungut limbah yang masih memiliki nilai ekonomis.

Meski teriknya matahari siang begitu terasa menyengat di kulit, terlihat tak menyurutkan semangat para pemulung untuk mencari nafkah. Dengan telaten dan penuh kesabaran, mereka tetap memungut barang bekas di gunungan sampah itu.

Namun, ada kekhawatiran juga di benak Suyono dan rekannya. Mereka takut kesehatannya terganggu. Meski dia mengakui, sampai saat ini belum ditemukan satu pun dari pemulung yang menderita penyakit kronis. "Alhamdulillah, belum ada yang terkena penyakit membahayakan. Meskipun setiap hari kami berjibaku dengan sampah. Tapi, kami juga khawatir, apalagi kan jarang diperiksakan ke dokter," ujar dia, Rabu (24/2/2016).

Menurutnya, selama ini penyakit yang diderita para pemulung hanya sebatas luka luar. Misalnya, luka akibat tertusuk paku. Tapi, untuk pengobatan seperti itu biasanya hanya pakai obat warung. "Atau paling banter, sakit flu, batuk, pusing. Dan saya kira itu penyakit biasa yang bisa dialami semua orang, bukan hanya pemulung," ungkapnya.

Ia menambahkan, setiap harinya dia bersama puluhan rekannya memulung di tempat itu mulai dari jam pagi dan baru pulang menjelang magrib. Dalam sehari, rata-rata penghasilannya sekitar Rp 50.000 hingga Rp 70.000.

sumber : (kebumenekpres.com)