SISWA MA WI BELAJAR BATIK TANURAKSAN

KEBUMEN – Sekitar 80 siswa Madrasah Aliyah Wathoniyah Islamiyah (MA WI) Karangduwur, Petanahan, Kebumen belajar membatik di sentra batik Sekar Jagat Desa Tanuraksan, Kebumen, Jumat (6/11) lalu. Acara digelar Departemen Kesenian OSIS MA WI di bawah bimbingan guru Rohmah Yuni Dwi Astuti STP.

Menurut Yuni, dipilihnya batik Sekar Jagat untuk lokasi pembelajaran karena lebih mudah dijangkau, lebih lengkap segala motif dan corak batik, dan setiap hari ada pekerja yang membatik sehingga para siswa bisa langsung belajar memegang canting.

“Siswi kami juga langsung praktik menyelup saat proses pewarnaan. Bahkan di Sekar Jagat ini terdapat empat model pembuatan yakni batik tulis tangan, batik cap, batik printing dan kombinasi dari ketiganya,” jelas dia.

Hikmah, pemilik showroom batik Sekar Jagat saat ditemui menjelaskan kepada para siswa, apa yang dilakukannya masih sebatas industri rumah tangga. Ada sekitar 100 orang pembatik yang semuanya ibu rumah tangga di Desa Tanuraksan, Kebumen, dan mereka bekerja secara borongan.

“Kami hanya mengelola mereka secara borongan. Begitu pekerjaan selesai, kami bayar. Masalah waktu, terserah mereka. Karyawan tetap kami hanya 10 orang yang ada di showroom maupun di tempat penyelupan warna,” jelas Hikmah.

Mengenai motif batik yang menjadi andalan, pengusaha yang merintis usaha sejak 2007 ini menjelaskan, ada motif bunga atau hewan, namun yang banyak dicari motif tumbuh-tumbuhan baik daun atau bunga. Itu sudah lazim kecuali bila ada pesanan khusus.

Misalnya motif burung lawet, kupu-kupu, burung atau logo. Namun yang menjadi daya tarik konsumen adalah pada warna. Tahun lalu konsumen lebih suka warna cerah, sekarang warna alami. Maksud warna alami adalah penggunaan bahan warna bukan dari bahan kimia melainkan dari tumbuh-tumbuhan.

Bahan pewarna alami dari daun ketapang, daun mangga, kulit manggis, sabut kelapa dan kulit buah mahoni maupun batang pohonnya. Tentang omzet penjualan, Hikmah menjelaskan, memang tidak sebanding dengan perusahaan tekstil yang besar. Tahun lalu rata-rata perbulan terjual 100 helai kain untuk batik cap, dan 50 helai batik tulis. (B3-52/ suaramerdeka.com/LintasKebumen©2015)