Air Embung Cangkring Menyusut
KEBUMEN – Musim kemarau yang melanda wilayah Kabupaten Kebumen mengakibatkan air di Embung Cangkring di Desa Cangkring, Kecamatan Sadang, mengalami penyusutan cukup drastis. Jika tiga bulan lalu isi waduk mini itu masih penuh air, saat ini airnya sudah tak ada separonya.
Bahkan warga yang memanfaatkan air untuk menyirami lahan pertanian harus menghemat dengan cara infus, sehingga air dapat dihemat. Air dialirkan lewat pipa paralon dan plastik yang dilubangi ke jalur-jalur tanaman. “Kalau tidak dengan begitu air akan cepat habis,” kata Camat Sadang, Sukamto, kemarin.
Efisiensi perlu dilakukan menyusul satu-satunya sumber air untuk embung berasal dari air hujan. “Kalau pas musim hujan embung penuh, dan akan disimpan untuk keperluan pertanian sehari-hari. Apalagi di musim kemarau seperti sekarang sangat menolong,” ujarnya.
Terlebih kawasan Cangkring, kata Sukamto, bakal jadi kawasan wisata seperti Puncak Bogor di masa mendatang. Keyakinan Sukamto dilandasi kondisi Sadang yang indah dan usaha hortikultura di sekitar Embung Cangkring yang sudah sudah mulai menampakkan hasil.
“Walaupun iklimnya tidak sesejuk Puncak, tapi tanahnya sangat subur dan cocok untuk usaha hortikultura. Apalagi sekarang sudah ada embung yang disekitarnya sudah ditanami kelengkeng, duren, cabai dan tumbuhan lainnya,” imbuhnya.
Ia menambahkan, sebelum dibangunnya embung, kawasan Cangkring sangat tandus dan tidak bisa ditanami pohon saking tandusnya. Namun setelah embung selesai dibangun pada 2011 lalu, ia optimis kawasan tersebut akan jadi kawasan hortikultura yang bisa memberi manfaat ekonomi bagi warga desa Cangkringan.
Imam Malik, salah seorang petani setempat menyampaikan para petani sudah memanfaatkan air yang dialirkan dari Embung Cangkring sejak tiga bulan terakhir. Air utamanya digunakan untuk menyiram pohon durian, palawija, dan jenis tanaman lain.
“Yang memanfaatkan air embung sekitar 50 petani. Sekarang saya sedang menanam 2.700 batang pohon durian dengan masa panen sekitar tiga tahun. Tadinya akan menanam cabai tapi air embung belum memadai karena bertepatan musim kemarau,” ungkapnya.
Untuk tanaman padi, di wilayah Sadang hanya menanam saat musim hujan karena merupakan sawah tadah hujan. Namun jika air embung mencukupi untuk kebutuhan menyiram padi non-tadah hujan, petani akan menanam padi. (ori/sus)
sumber : suaramerdeka.com