Petani Melon Kebumen Menanam di Lahan Steril

KEBUMEN  - Matinya ribuan tanaman pepaya Calina di sentra-sentra pepaya di Kebumen akibat serangan virus, beberapa waktu lalu, berdampak buruk bagi tanaman lain yang ditanam di bekas ataupun di dekat lahan pepaya tersebut. Tanaman lain seperti cabai, terong, tomat, bahkan jagung dan singkong yang ditanam di bekas atau di dekat 
lahan pepaya yang kena virus kebanyakan terkena serangan penyakit mematikan pula.

"Agar berhasil panen maka petani yang akan menanam semangka dan melon sebaiknya mencari lahan yang jauh dari bekas lahan pepaya tersebut," ujar Rajab, petani semangka Desa Ayam Putih  Kecamatan Buluspesantren  Kebumen, di lahannya, Senin (09/02/2015).

Lahan semangka milik Rajab tersebut berada sekitar 2 kilometer dari bekas lahan pepaya yang terserang virus di Desa Ayam Putih dan 6 kilometer dari bekas lahan pepaya di Desa Setrojenar Kecamatan Buluspesantren. Menurut Rajab, lahannya itu tergolong steril karena bertahun-tahun lamanya hanya ditanami semangka dan melon tanpa mengalami hambatan penyakit.

Kendalanya hanya hasil panen di musim penghujan rasa buahnya tak semanis panenan musim kemarau. Itulah sebabnya petani semangka dan melon di lahannya selalu bersemangat setiap kali musim tanam tiba.

"Dengan waktu tanam selama 55 hari rata-rata petani di sini bisa panen 7 sampai 8 ton semangka dan melon dengan harga Rp 2.200 per kilogram untuk semangka kelas A dan Rp 1.100 per kilogram untuk semangka kelas B. Sedangkan melon kelas A Rp 4.000 per kilogram dan kelas B Rp 2.000 per kilogram," beber Rajab.

Adapun Karto, petani di lahan bekas tanaman pepaya di Setrojenar mengungkapkan bahwa berdasarkan penjelasan petugas penyuluh pertanian petani pepaya hendaknya tidak menanam pepaya sampai 5 tahun setelah terjadinya serangan virus mematikan.

"Virus bisa hilang dari lahan tersebut setelah 5 tahun sejak terjadinya serangan asalkan selama 5 tahun itu tidak ditanami pepaya sama sekali," jelas Karto. (Dwi)(KRjogja.com)