Pulang Kampung, Martha Tilaar Teteskan Airmata
KEBUMEN - Kesuksesan tidak datang dalam sekejap mata. Sebaliknya, sukses diperuntukkan bagi mereka yang mau bekerja keras dan tidak pantang menyerah. Tak percaya? DR. (HC) Martha Tilaar buktinya.
Sedari usianya masih 10 tahun, Martha Tilaar telah diboyong oleh orangtua ke Jakarta dari kota kelahirannya di Gombong, Jawa Tengah. Tujuannya agar Martha bersaudara dapat mengecap pendidikan yang lebih layak dan berkualitas di Ibukota.
Semenjak itu, salah satu pelopor bisnis kecantikan di Tanah Air ini, tak pernah lagi mengunjungi kampung halaman tercintanya. Namun, pada hari Sabtu (6/12/214) kemarin, Martha kembali menginjakkan kaki di Gombong. Kali ini, Martha hadir bukan untuk sekadar melepas rindu dan bersilaturahmi, melainkan mengemban visi dan misi yang mulia, yaitu meresmikan Roemah Martha Tilaar yang berlokasi di Jalan Sempor No 28, Gombong, Kebumen, Jawa Tengah.
Roemah Martha Tilaar (RMT) merupakan tempat tinggal Martha semasa kecil dahulu, sehingga tak heran momentum peresmian pun menghadirkan sisi emosional tersendiri untuk Martha beserta keluarga.
Dalam RMT, para pengunjung dapat menyaksikan napak tilas latar belakang dan silsilah keluarga Martha Tilaar yang tergolong keluarga terkaya di Gombong. Kakek Martha, Liem Kiem Seng, dikenal sebagai pengusaha dari Tionghoa yang sukses dan berhasil menebarkan inspirasi positif untuk penduduk sekitar.
Selain itu, rumah masa kecilnya ini dimanfaatkan oleh Martha sebagai museum dan cagar budaya untuk wilayah Gombong sekitar.
“Sudah dari lama saya ingin membuat Roemah Martha Tilaar di Gombong. Namun, baru sekarang berhasil diwujudkan oleh putri kebanggaan saya, Wulan Tilaar. Di rumah ini, saya diajari banyak hal oleh eyang saya, Mak Oco. Beliaulah yang memberikan ilmu soal jamu dan tumbuh-tumbuhan berserta manfaatnya untuk kecantikan juga kesehatan wanita,” urai Martha Tilaar, saat memberikan sambutan di depan pewarta dan tamu undangan di Rumah Martha Tilaar.
“Dari rumah ini jiwa entrepreneur saya tumbuh. Saya ingat, dulu kalau pohon mangganya berbuah, saya suka panjat pohon buat petikin. Lalu, saya jual di depan rumah di pinggir jalan. Saya enggak pernah malu jualan mangga begitu,” imbuhnya.
Selama mengisahkan kenangan masa kecilnya, tampak airmata menggenangi mata wanita yang telah genap berusia 77 tahun ini. Lebih lanjut, Martha Tilaar juga berbagi cerita bahwa selain jualan mangga, waktu masih balita dirinya juga gemar meronce biji saga sebagai aksesori. Tentunya, setelah selesai dikreasikan menjadi gelang dan kalung, Martha kecil menjualnya pada teman-teman. Lalu, kata Martha, uangnya disimpan buat tambahan uang saku, persis seperti yang diajarkan oleh ibunya.
Bangunan RMT memiliki tiga bangunan yang terdiri dari rumah utama, paviliun Martha Tilaar, dan paviliun Wulan Tilaar. Keseluruhan bangunan rumah tidak terlalu berubah dari segi arsitektur, hanya diperbaiki dan mengalami penambahan bangunan. Proses renovasi dan persiapan memakan waktu selama satu tahun.
Menurut sang putri, Wulan Tilaar, rencananya RMT bakal menggelar perhelatan tahunan berupa kerjasama dan festival tahunan. Kemudian, Wulan juga mengatakan keseluruhan acara tersebut tentunya mesti mengusung empat pilar yang menjadi prinsip bisnis Martha Tilaar Group, yaitu Beauty Green, Beauty Culture, Beauty Education, dan Empowering woman. (Hasanudin Aco/tribun)
SUMBER: http://www.beritakebumen.info/2014/12/pulang-kampung-martha-tilaar-teteskan.html#ixzz3LGPsH4gY