Petani Belajar Mengelola Tanaman Tanpa Dipupuk
KEBUMEN - Mengelola tanaman tanpa dipupuk bukan hal mustahil. Itu sudah berulang-ulang dipraktikkan di Pusat Pelatihan Pertanian Perdesaan Swadaya (P4S) Sinar Mutiara, Kelurahan Panjatan, Kecamatan Karanganyar. Bahkan sudah diterapkan untuk tanaman padi.
Sejak Kamis-Minggu (22-25/5), petani se-Jateng pun ramai-ramai belajar di P4S Sinar Mutiara.
Dari 35 Kabupaten/Kota se Jateng, diwakili 42 petani ditambah tujuh petugas. Mereka yang direkomendasikan Balai Perlindungan Tanaman dan Hortikultura (BPTPH) Jateng itu, belajar serius di pusat pelatihan yang diketuai Purnomo Singgih itu. Hadir Kepala BPTPH Jateng Catur Wahyudi.
"Kami hanya memanfaatkan air leri atau cucian beras," kata Ketua P4S Purnomo Singgih yang juga Ketua Gapoktan Makmur Sejahtera itu.
Air itu untuk campuran penyemprotan. Satu liter air leri dicampur air 12 liter. Kemudian digunakan untuk menyemprot tanaman pada pagi dan sore. Penyemprotan dilakukan setelah padi berumur seminggu. Selanjutnya dilakukan seminggu sekali.
"Ini agar beras pada tanaman padi bagus," imbuh Purnomo Singgih.
Dalam pelatihan itu, juga disampaikan pengalaman dari sejumlah petani yang sudah menerapkan pengelolaan tanaman tanpa pemupukan. Seperti Agus Tri Lastiyanto, petani hortikultura dan Agus Purwanto, yang menerapkan pertanian ramah lingkungan.
Sangat Ekonomis
"Hasilnya 7-12 per hektare. Tergantung varietasnya. Untuk Ciherang dan Panjatan Wangi mencapai 8,5 ton per hektare, sedangkan varietas Melati bisa mencapai 12 ton per hektare," kata Agus.
Ini sangat ekonomis, karena untuk biaya pemupukan yang biasa dilakukan petani, per hektarenya 250 kg dengan harga Rp 2.300 per kg, ureaa 150 kg dengan harga Rp 1.800 per kg, organik 500 kg dengan harga Rp 1.500 per kg.
Jadi total biaya pemupukan untuk tanaman padi seluas satu hektare mencapai Rp 1.595.000.
Untuk belajar mengelola tanaman padi tanpa pemupukan itu, peserta digemleng sejak pukul 05.00-23.00.
"Mereka diharapkan dapat belajar mengantisipasi dengan adanya kelangkaan pupuk. Jadi tidak mengalami gejolak, karena petani sudah bisa menerapkan pertanian sendiri tanpa pemupukan," kata Purnomo.
Catur Wahyudi menambahkan, penerapan pertanian yang diajarkan P4S Sinar Mutiara dan Gapoktan Makmur Sejahtera itu, sesuai dengan program Gubernur Jateng Ganjar Pranowo terkait kedaulatan pangan.
"Di sini pertanian ramah lingkungan sudah berjalan, mandiri dan kerap dikunjungi petani luar daerah. Inovasinya bahkan sudah tidak ada pemupukan, baik kimia maupun organik," jelasnya. (K5-32)
sumber : suaramerdeka