Gula Kristal Berpeluang Ekspor

 

KEBUMEN - Gula kristal (Gula Semut) di Kebumen berpeluang ekspor. Terutama gula kristal yang diproduksi oleh perajin di Desa Karangbolong, Kecamatan Buayan. Di tempat tersebut, produksi satu perajin mencapai 4,5 kuintal setiap minggunya.

Seperti produksi gula kristal milik Khamdun (42), warga Desa Karangbolong RT 2/RW 3, Kecamatan Buayan, Kebumen. Adapun penjualan gula tersebut selama ini masih berskala lokal dan nasional antara lain dipasarkan di Jakarta.

"Padahal gula semut ini juga diminati masyarakat luar negeri karena kemasannya praktis," kata Kabid Perdagangan pada Dinas Perindustrian Perdagangan dan Pengelolaan Pasar (Disperindagsar) Kabupaten Kebumen, Sri Wahyuroh, kemarin.

Cici, panggilan Sri Wahyuroh menambahkan, gula kristal juga sudah dikonsumsi masyarakat luar negeri sehingga menjadi peluang bagus bagi para perajin gula kristal di Kebumen untuk terus mengembangkan usahanya. Tentunya harus memenuhi standar ekspor, dan telah dicek oleh badan Pengawas Obat dan Makanan (BPPOM). Juga memenuhi standar kebersihan tempat pengolahannya.

Untuk saat ini standar kebersihan tempat pengolahan gula kristal dinilai Cici masih kurang. "Ini yang kami dorong agar dibenahi," imbuhnya.

Lebih Mahal

Khamdan memastikan pengolahan gula kristal bersih. Bahkan tidak dicampur bahan kimia. Pembuatan gula kristal itu seperti halnya gula merah yang berbahan baku nira kelapa. Hanya saja, untuk membuat butiran-butiran seperti halnya gula merah yang berbahan baku nira kelapa. Hanya saja, untuk membuat butiran seperti kristal itu perlu waktu lama dengan cara diremuk menggunakan batok kelapa.

Saat ini harga gula kristal lebih mahal dari gula merah, yakni Rp 15 ribu - Rp 17 ribu per kilogram.

Sementara itu, sejumlah perajin gula kristal di Desa Karangduwur dan Argopeni Kecamatan Ayah Kebumen mengeluhkan sulitnya memasarkan produknya. Seperti diungkapkan seorang perajin gula kristal di Desa Argopeni, Sriyani (38) dan Tarman (42) perajin gula kristal Desa Karangduwur.

Akibat kesulitan memasarkan gula tersebut, mereka kini kembali memproduksi gula merah. "Sejak 2013 kami didorong beralih ke gula kristal. Tapi karena kesulitan untuk memasarkan, kami kembali membuat gula merah dan mengurangi produksi gula kristal," kata Sriyani.

Cici berharap perajin gula kristal membentuk paguyuban agar dapat berkomunikasi. (K5-52)

sumber : suaramerdeka