Harga Genteng Kebumen Sulit Turun
KEBUMEN - Perajin genteng Kebumen kini tengah dihadang oleh rendahnya produktifitas akibat sudah berlalunya musim proyek pembangunan tahun 2013. Walau demikian, harga genteng produksi kabupaten ini tetap tinggi dan produksinya selalu diminati masyarakat luas.
"Memang bila merujuk pada hukum ekonomi seharusnya saat pasar sepi maka harga pun akan turun. Namun itu tak berlaku bagi para produsen genteng Kebumen. Walau pasar sepi karena musim penghujan dan berlalunya musim proyek 2013, namun harga genteng kami tidaklah turun," ungkap H Chudori (50) perajin genteng Desa Kedawung, Kecamatan Pejagoan, Kebumen di tobongnya, Senin (25/11/2013).
Pernyataan sama disampaikan H Ludiman (60), perajin genteng Desa Kedawung lainnya. Saat berlangsungnya musim proyek pembangunan 2013 sekitar bulan Juni sampai September 2013 lalu, perajin genteng Kebumen 'panen' akibat banjir order dari pengelola proyek. Saat itu harga genteng jenis plentong kelas 1 Rp 1.400/buah, plentong kelas 2 Rp 1.300/buah, magas Rp 1.600/buah, morando Rp 2.200/buah dan genteng berglasur Rp 5 ribu/buah.
Penyebab sulit turunnya harga genteng Kebumen atau dikenal sebagai genteng 'Soka' adalah kelangkaan bahan bakunya. Saat ini perajin genteng di Kecamatan Pejagoan sulit memperoleh tanah liat dari wilayah Pejagoan. Untuk berproduksi, mereka harus mendatangkannya dari kecamatan lain seperti Klirong dan Petanahan. Selain ongkos angkutnya mahal karena jauh dari tobong mereka, mereka pun harus berebut dengan sesama perajin, karena terbatasnya deposit tanah liat.
“Meski mahal, kami tak khawatir kehilangan pasar. Cara menyikapi pasar yang sepi adalah dengan mengurangi tenaga kerja dan menjadikannya momen untuk membuat stok genteng dalam jumlah banyak," jelas Chudori. (Dwi)(KRjogja.com)