Meski Merugi, Perajin Tahu Tempe Tetap Mogok Produksi

 

KEBUMEN - Kendati harus merugi, sebagian besar perajin tempe di Kebumen memilih berhenti produksi. Sesuai rencana mereka akan mogok produksi hingga Jumat (13/9).

Dari pantauan Suara Merdeka perajin tempe H Nasir di Dusun Kemitir Kelurahan Bumirejo sudah tidak produksi sejak Selasa (10/9). Bahkan rumahnya pun tutup, karena waktu libur produksi dimanfaatkan untuk urusan keluarga ke luar kota.

Hal yang sama di perajin tempe Pak Toro di Dusun Tembono, Desa Kutosari. Perajin tempe yang memiliki nama asli Maskhur Rohani (44) tersebut akan ikut tidak berproduksi selama tiga hari. Meski merugi, namun demi solidaritas dia tidak berproduksi.

"Turut menghormati teman-teman yang lain," ujar Tutik Wahyuningsih (35) istri Maskhur Rohani, Rabu (11/9).

Sejak harga kedelai melambung menjadi Rp 9.500/kg, dia mengaku menurunkan produksi. Jika dalam sehari biasanya menghabiskan 3 kwintal kedelai, saat ini hanya 2 kwintal. Dampaknya, jika biasanya dia dibantu lima orang karyawan yang diliburkan. "Agar tidak mengorbankan salah satu karyawan yang libur digilir," imbuhnya.

Demi tidak merugi, pemilik tempe merek Yufegar itu ikut menaikkan harga jual. Jika tempe ukuran 10x13 cm biasanya Rp 500 jadi Rp 600. Kemudian tempe ukuran 12x16 biasanya Rp 1.000 naik menjadi Rp 1.200. Untuk tempe ukuran 8,5x35 cm naik dari Rp 2.000 menjadi Rp 2.200.

Nekat Produksi

Sementara itu, meski sebagian perajin libur produksi, masih ada segelintir perajin yang nekat berproduksi. Mereka mengaku memenuhi pesanan yang sudah terlanjur masuk.

Namun ada pula yang beralasan belum menerima surat pemberitahuan agenda mogok berproduksi dari Primer Koperasi Produsen Tahu Tempe Indonesia (Primkopti) Kebumen.

"Sampai hari ini kami belum menerima pemberitahuan berisi ajakan mogok," ujar Yati (40), perajin tempe lain di Dusun Tembono.

Sedangkan Wagino (40), seorang perajin tahu di Dukuh Kemitir masih nekat memproduksi. Padahal semasa perajin di dusun itu yang berjumlah sembilan orang libur. Meskipun membuat tahu tapi jumlahnya hanya separuh dari biasanya.

"Saya hanya mengolah 10 kilogram kedelai saja, untuk memenuhi pesanan pedagang," ujarnya seraya menyebutkan dia mengolah 20 sampai 30 kilogram.

Sementara itu, pedagang tempe di beberapa pasar di Kebumen kemarin masih tetap menjual tahu dan tempe yang dibuat oleh perajin pada Selasa (10/9) lalu. Mereka menyatakan akan mulai libur tak menjual tahu dan tempe, Kamis sampai Sabtu (12-14/9). (J19-91)

sumber : suaramerdeka