Tawarkan Lampu Teplok, Ponidi Rambah Pedesaan

KEBUMEN (KRjogja.com) - Ponidi (39) warga Imogiri Bantul DIY mengadu nasib dengan berjualan lampu teplok di wilayah pedesaan di Kabupaten Kebumen. Ponidi jalan kaki keluar masuk kampung dengan memikul dagangannya. Sandal jepitnya yang sudah trepes, menandakan ia sudah menempuh jarak berkilo-kilometer.

Ponidi sengaja menyisir pedesaan karena listrik di pedesaan kerap padam sehingga siapa tahu masih ada yang membutuhkan lampu berbahan bakar minyak tanah itu.

Setiap orang ditawari, siapa tahu membutuhkan. Hanya saja, banyak yang menggelengkan kepala tanda tak bersedia membeli dagangannya.

Ponidi menyadari zaman memang telah berubah. Apalagi kini, minyak tanah harganya mahal dan sulit diperoleh. Masyarakat juga lebih memilih praktis sehingga dagangannya kalah bersaing dengan lilin dan lampu tenaga baterai isi ulang.

"Sejak minyak tanah mahal, memang sudah tidak banyak yang membutuhkan lampu teplok," ujar Ponidi ketika berjualan di wilayah Kecamatan Puring, Kebupaten Kebumen.

Kendati begitu, Ponidi tetap semangat demi menghidupi anak istri yang ditinggal Desa Selopamioro. Kerja kerasnya pun mendatangkan rezeki. Terbukti, dalam sehari rata-rata masih bisa menjual 20-25 lampu teplok berbagai ukuran.

"Untuk ukuran kecil, harganya Rp 8.500. Ukuran sedang Rp 12.500, dan yang lebih besar lagi Rp 19.500," jelas Ponidi yang terlihat lebih tua dari umurnya yang masih 39 tahun.

Lampu teplok yang ia jual dibeli dari Surabaya. Kemudian bersama sesama penjual lampu teplok, dijual keliling dari satu kota ke kota lain. Hidupnya pun berpindah-pindah. Tidak mengherankan jika berbagai pelosok desa di Jawa Tengah dan DIY pernah dirambah. (Suk)


sumber : krjogja.com

136454.jpg Jadwal droping 2013.pdf