Pengelolaan Wisata Religi Kurang Memadai

 

KEBUMEN - Banyaknya potensi wisata religius ternyata belum sepenuhnya dikelola dengan oleh Pemkab Kebumen. Salah satunya wisata makam Kiai Lanching yang terletak di Desa Mirit, Kecamatan Mirit. Sarana infrastruktur jalan masuk dan lokasi parkir makam kondisinya masih memprihatinkan.

Kondisi aspal jalan meunju makam sepanjang sekitar 500 meter kondisinya rusak dan belum ditangani. Sementara, lokasi parkir makam masih ala kadarnya dan belum dibenahi secara memadai. Padahal, makam salah satu tokoh penyebar agama Islam tersebut selalu ramai peziarah pada saat tertentu, seperti pada malam Jum'at Kliwon, menjelang Ramadan dan Suro. Tak tanggung-tanggung, ribuan peziarah selalu memadati lokasi makam, utamanya menjelang Ramadhan.

Menurut Ketua Paguyuban Wonoyudo Cabang Mirit yang mengurus makam tersebut, Jatmiko Aji potensi tersebut harus dikelola dengan baik oleh Pemkab dan bisa mendatangkan sumber pendapatan daerah. Sebab, setiap tahun ribuan pengunjung dari Kebumen dan luar daerah selalu memadati makam.

"Ribuan kendaraan hanya parkir bebas di sekitar lokasi makam," katanya, Minggu (21/7).

Tanpa Pantauan

Dia menjelaskan, saat ini pengelolaan parkir makam ditangani oleh warga sekitar tanpa ada pantauan khusus dari pemerintah. Jika potensi parkir itu dikelola, maka keamanan parkir bisa lebih terjamin dan mendatangkan PAD bagi Pemkab. "Pengelola makam saat ini kami serahkan kepada juru kunci yang berasal dari wara sekitar makam," ujar dia.

Sejauh ini menurut Jatmiko pemerintah belum tutun langsung membangun atau merehab lokasi makam. Adapun pembangunan dan perbaikan makam hanya dilakukan oleh warga atau peziarah. "Selama ini pembangunan makam masih swadaya," katanya.

Sesepuh Kecamatan Mirit, Masdar (105) mengatakan, Kiai Lanching merupakan keturunan dari Raja Majapahit, Brawijaya V dan tidak mau menikah untuk menjaga kesufiannya. Di lokasi makam itu terdapat tiga makam yakni makam ayahanda Kiai Lanching yakni Kiai Ketijoyo dan Kiai Dipodromo yang tidak lain merupakan pengikut Kiai Lanching.

"Kiai Dipodrono juga masih trah dari Brawijaya dari garis keturunan Wonoyudo Alus. Kesakrakaln makam ini sudah diakui masyarakat luas, bahkan sampai warga luar Jawa," tambahnya. (K42-91)

sumber : suaramerdeka