Petani Didorong Kembangkan Cendana India
KEBUMEN - Asosiasi Petani Cendana se-Jawa Tengah didorong mengembangkan tanaman cendana Jenis mysoram India Selatan atau yang juga disebut cendana India. Pasalnya, kebutuhan pasar terhadap minyak cendana terus meningkat.
Bahkan, pasar dunia masih kekurangan pasokan sekitar 80 ton. Selain itu, harga jual buah dan daun cendana cukup tinggi sekitar Rp 40.000 per kilogram.
Dirut CV Jaya Kusuma Lampung Boy Hermanto mengatakan, cendana India tergolong tanaman yang dapat menghasilkan minyak berkualitas baik.
Tanaman ini bisa tumbuh pada iklim tropis yang memiliki curah hujan cukup 1.000-3.000 mm/th, suhu udara optimal 20-25 dengan kelembaban udara sekitar 60 persen."
"Jenis itu dapat hidup netral di tanah pasir, krikil, bebatuan dan gambut," katanya dalam acara pertemuan petani cendana se Jawa tengah di RM Yunani, Rabu (26/6).
Dia menjelaskan, tanaman penghasil minyak tersebut merupakan tanaman langka dan salah satu tanaman industri bagi masyarakat.
Selain harga minyaknya mahal, tanaman itu juga bisa digunakan sebagai obat alternatif.
"Kami mengajak petani untuk ikut mengembangkan tanaman itu," jelas Boy.
Sosialisasi
Kegiatan tersebtu dihadiri petani dari kebumen, cilacap, Wonosobo, Banyumas dan Yogyakarta. Selain itu, hadir juga perwakilan dari Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kebumen dan Dinas pertanian dan Peternakan Kebumen. Kegiatan itu merupakan tindaklanjut dari sosialisasi tanaman cendara pada 2 Juni lalu.
Koordinator Wilayah Jateng CV Jaya Kusuma, Supratno mengatakan, tanaman cendana India membutuhkan waktu sekitar 3 tahun untuk bisa panen perdana.
Pada tahap awal setiap pohon mampu menghasilkan buah sebanyak 5 kilogram.
"Jika tanaman usdah mapan atau lebih dari usia 3 tahun, satu pohon mampu menghasilkan buah sekitar 8 kilogram yang bisa dipanen setiap 4 bulan sekali," ungkapnya.
Buah cendana bash itu bisa dijual seharga Rp 40.000 per kilogram. Daun tanaman juga bisa dijual dengan harga yang sama.
"Pengembangan itu diharapkan berdampak positif terhadap taraf ekonomi masyarakat, khususnya kalangan petani. Peluang tersebut di Kebumen masih sangat terbuka, mengingat belum ada petani yang menanamnya," kata Supratno. (K42-91)
sumber suaramerdeka