Dharma Wanita Sosialisasikan Kesehatan Reproduksi Remaja



SRUWENG - Tingginya kasus HIV/AIDS dan perilaku seks bebas yang mulai menjalar di kalangan remaja di Kebumen direspon oleh Dharma Wanita Persatuan (DWP) Kabupaten Kebumen dengan menggelar Sosialisasi Kesehatan Reproduksi Bagi Remaja. Sosialisasi yang diikuti oleh 60 pelajar SMP dan para remaja di Desa Karangpule itu berlangsung di Balai Desa Karangpule, Kecamatan Sruweng, Rabu (29/5).

Adapun narasumber yang dihadirkan ialah dokter-dokter Faturkhman dari RSUD Kebumen. Hadir Ketua DWP Kebumen, Dra Hj Farita Listiyati Adi Pandoyo, Kepala Desa Karangpule, pengurus Karangtaruna dan pengurus Dharma Wanita Kecamatan Sruweng.

Ketua DWP Kebumen Dra Hj Farita Listiyati Adi Pandoyo mengatakan pergaulan bebas remaja saat ini, bukan saja merusak generasi sekarang. Namun, kerusakan juga berlanjut kepada generasi masa depan. "Perilaku tersebut berdampak buruk untuk kehidupan kesehatan reproduksi remaja," kata dia.

Dengan begitu dia menambahkan diperlukan suatu bentuk pembinaan yang terus menerus. Jumlah penderita HIV/AIDS di Kebumen trennya semakin meningkat. "Kami mencoba mengadakan satu kegiatan untuk menekan laju penerita tersebut," ujar Farita.

Faturokhman menjelaskan kebutuhan dan jenis risiko kesehatan reproduksi yang dihadapi remaja mempunyai ciri yang berbeda dari anak-anak atau orang dewasa. Jenis risiko kesehatan reproduksi yang harus dihadapi remaja antara lain kehamilan, aborsi, penyakit menular seksual, kekerasan seksual, serta masalah keterbatasan akses terhadap informasi dan pelayanan kesehatan.

Kawin Muda

"Risiko ini dipengaruhi oleh berbagai faktor yang saling berhubungan, yaitu tuntutan untuk kawin muda dan hubungan seksual, akses terhadap pendidikan dan pekerjaan, ketidaksetaraan gender, kekerasan seksual dan pengaruh media massa maupun gaya hidup," ujarnya.

Dinegara berkembang, imbuh dia, masa transisi masa anak-anak menuju ini berlangsung sangat cepat. Bahkan usia saat berhubungan seks pertama ternyata selalu lebih muda dari pada usia ideal menikah. "Pengaruh informasi global yang semakin mudah diakses justru memancing anak dan remaja untuk mengadaptasi kebiasaan tidak sehat seperti merokok, minum-minuman beralkohol, dan penyalahgunaan obat terlarang," jelasnya.

Secara kumulatif kebiasaan tersebut mempercepat usia awal seksual aktif serta mengantarkan mereka pada kebiasaan berperilaku seksual yang berisiko tinggi. Sebab remaja tidak memiliki pengetahuan yang akurat mengenai kesehatan reproduksi dan seksualitas.

"Serta tidak memiliki akses terhadap informasi dan pelayanan kesehatan reproduksi, termasuk kontrasepsi," katanya. (J19-91)

sumber : suaramerdeka