Hari AIDS Sedunia : Komunitas Membuat Perbedaan

KEBUMENKAB.GO.ID -  Hari ini tepat 1 Desember, kita memperingati sebagai Hari Aids Sedunia. Tahun ini, Hari Aids Sedunia akan diperingati pada Minggu (1/12/2019) besok. Melansir laman WHO, tema Hari Aids Sedunia tahun ini adalah "Komunitas Membuat Perbedaan". Peringatan tahun ini dianggap sebagai kesempatan penting untuk mengetahui peran yang telah dilakukan masyarakat untuk penanggulangan AIDS di tingkat internasional, nasional, dan lokal.

Menilik ke belakang, bagaimana sejarah di balik peringatan Hari AIDS sedunia? Momen tersebut pertama kali diperingati pada 1988 untuk menumbuhkan kesadaran masyarakat dunia terhadap HIV. Penggagas peringatan Hari AIDS adalah James Bunn dan Thomas Netter, yang turut aktif sebagai humas di World Health Organisation (WHO). Bunn dan Netter mengajukan ide tersebut kepada Jonathan Mann, Direktur Program Global terkait AIDS di WHO.

Pada 1988, WHO menetapkan 1 Desember sebagai Hari AIDS Sedunia. Tanggal 1 Desember dipilih agar mendapatkan peliputan maksimal dari media barat, terutama setelah berakhirnya Pemilu AS dan sebelum berlangsungnya libur Natal. Saat itu, tidak semua masyarakat memahami bahwa AIDS bisa dialami oleh siapa pun karena ada stereotip bahwa penderita AIDS identik dengan gay, biseksual atau pengguna narkoba suntik. Pada peringatan Hari AIDS Sedunia yang pertama, fokus pada anak-anak dan remaja. Tujuannya, untuk menumbuhkan kesadaran yang lebih besar tentang dampak AIDS terhadap keluarga, bukan hanya kelompok-kelompok yang selama distigmatisasi. Pada 1996, kampanye Hari AIDS Sedunia diambil alih oleh program gabungan PBB untuk HIV/AIDS (UNAIDS), demi memperluas cakupan proyek kampanye. Pada tahun 2004, kampanye AIDS sedunia terdaftar sebagai organisasi nirlaba independen yang berbasis di Belanda. Fakta tentang HIV/AIDS Berdasarkan data UNAIDS, pada akhir 2018, sebanyak 37,9 juta orang di dunia hidup dengan HIV dan 770.000 orang meninggal karena AIDS. Masih banyak orang yang tidak dapat mengakses layanan pencegahan HIB karena adanya diskriminasi, kekerasan, bahkan penganiayaan. Oleh karena itu, masyarakat diingatkan untuk memainkan peran penting dalam memberikan layanan penyelamatan jiwa ini kepada orang-orang yang paling membutuhkannya. 

Puncak Peringatan Hari AIDS di Indonesia

Peringatan Hari Puncak AIDS tahun 2019 di Indonesia dilakukan di Lapangan Gazibu, Bandung, yang salah satunya akan dilakukan pembuatan rekor Pita Merah MURI terbesar, yang terdiri dari minimal 4.000 orang pemeriksaan HIV, bakti sosial, dan hiburan.

Sesuai dengan tema global Hari AIDS Sedunia 2019 yaitu “Communities Make the Difference”. dan tema nasional "Bersama Masyarakat Meraihh Sukses". Diharapkan keberadaan komunitas bisa memberikan kontribusi yang sangat besar bagi respon AIDS. 

Komunitas memimpin dan mendukung pemberian layanan HIV, membela hak asasi manusia, mendampingi dan mendukung rekan-rekan mereka. Mereka juga bekerja di akar rumput, memimpin, dan berkampanye untuk memastikan bahwa respons AIDS tetap relevan.

Upaya pencegahan dan pengendalian HIV/AIDS bertujuan untuk mewujudkan target Three Zero pada 2030, antara lain tidak ada lagi ada penularan infeksi baru HIV, kematian akibat AIDS, dan stigma dan diskriminasi pada orang dengan HIV/AIDS (ODHA).

Pemerintah pada 2017 telah dicanangkan strategi Fast Track 90-90-90 yang meliputi percepatan pencapaian 90 persen orang mengetahui status HIV melalui tes atau deteksi dini, 90 persen dari ODHA yang mengetahui status HIV memulai terapi ARV, dan 90 persen ODHA dalam terapi ARV berhasil menekan jumlah virus sehingga mengurangi kemungkinan penularan HIV, serta tidak ada lagi stigma dan diskriminasi ODHA.

Dalam rangka mencapai target tersebut, Kementerian Kesehatan menerapkan strategi akselerasi Suluh, Temukan, Obati dan Pertahankan (STOP). Suluh dilaksanakan melalui edukasi hendak dicapai 90 persen masyarakat paham HIV, Temukan dilakukan melalui percepatan tes dini akan dicapai 90 persen ODHA tahu statusnya, Obati dilakukan untuk mencapai 90 persen ODHA segera mendapat terapi ARV, Pertahankan yakni 90 persen ODHA yang ART tidak terdeteksi virusnya.

Selain itu, Kementrian Kesehatan Republik Indonesia melakukan akselerasi ARV dengan target pada 2020 sebanyak 258.340 ODHA mendapat terapi ARV. Saat ini baru 50 persen (17 provinsi) yang telah mencapai target ODHA on ART, yaitu Aceh, Jambi, Sumsel, Bengkulu, Lampung, Babel, Jabar, Banten, Bali, NTB, NTT, Kalbar, Kalsel, Kaltim, Kalteng, Sulut, dan Gorontalo.

Peringatan Hari AIDS Sedunia tahun ini dianggap sebagai kesempatan penting untuk mengetahui peran yang telah dilakukan masyarakat untuk penanggulangan AIDS di tingkat internasional, nasional, dan lokal.

Menilik ke belakang, bagaimana sejarah di balik peringatan Hari AIDS sedunia? Momen tersebut pertama kali diperingati pada 1988 untuk menumbuhkan kesadaran masyarakat dunia terhadap HIV. Penggagas peringatan Hari AIDS adalah James Bunn dan Thomas Netter, yang turut aktif sebagai humas di World Health Organisation (WHO). Bunn dan Netter mengajukan ide tersebut kepada Jonathan Mann, Direktur Program Global terkait AIDS di WHO. Pada 1988, WHO menetapkan 1 Desember sebagai Hari AIDS Sedunia. (dp)