Keindahan Tersembunyi di Balik Hutan Pinus

WISATA alternatif di Kabupaten Kebumen benarbenar sedang bergeliat. Setiap desa berlomba-lomba memunculkan potensi wisata yang selama ini tersembunyi.

Tidak hanya di pesisir selatan Kebumen menawarkan keindahan pantai-pantai yang masih perawan, di kawasan utara yang dikenal dengan Petai Sewu, pesona alam mulai menjadi magnet wisatawan. Bukit Pentulu Indah adalah salah satunya.

Objek wisata yang populer dengan nama Bukit PI tersebut berada di Dusun Dakah, Desa/Kecamatan Karangsambung.

Kawasan wisata ini masuk area hutan negara yang dikuasai Perhutani khususnya wilayah Bagian Kesatuan Pemangkuan Hutan (BKPH) Kebumen. Sejak tiga bulan lalu, kawasan ini dikembangkan oleh masyarakat sekitar menjadi wisata alternatif. Panorama alam yang indah dari atas ketinggian menjadi daya tarik objek wisata yang berada di antara hutan pinus tersebut.

Dari atas ketinggian sekitar 300 mdpl, wisatawan dapat menyaksikan panorama alam yang menawan, terasering persawahan yang indah hingga gugusan perbukitan kawasan cagar alam geologi Karangsambung. Dari atas pohon yang disulap menjadi gardu pandang, pada pagi hari dapat dinikmati sunrise yang istimewa.

Jika cuaca cerah, dapat terlihat matahari terbit di balik dua gunung kembar yakni Gunung Sindoro dan Gunung Sumbing yang berdiri kokoh di arah timur. Tak heran, tidak sedikit pegunjung yang rela berkemah di lokasi tersebut untuk melihat pemandangan langka itu.

Ya, keindahan alam itu didukung dengan masyarakat yang sadar wisata. Keramahan penduduk membuat pengunjung nyaman untuk berlamalama di sana. Saat ini, pengunjung hanya ditarik uang jasa parkir Rp 2.000 untuk sepeda motor dan Rp 5.000 untuk mobil.

Naik Daun

Objek wisata ini, menjadi salah satu destinasi favorit di kabupaten berslogan Beriman itu. Pada hari biasa, dalam sehari uang parkir yang diperoleh rata-rata mencapai Rp 300.000.

Adapun untuk hari Minggu mencapai Rp 700- .000. Lonjakan drastis diperoleh saat Tahun Baru yang mencapai Rp 8,6 juta. Usai menikmati keindahan alam, jangan khawatir tidak jauh dari parkir kendaraan, berderet warung yang didirikan warga sekitar.

Ada sekitar 15 pedagang yang selalu menyapa wisatawan mulai pagi hingga malam hari. Kelapa muda menjadi minuman favorit untuk menghilangkan haus setelah menurun puncak bukit. Tempe mendoan, bakwan, dan aneka makanan tradisional lain dijual dengan harga yang cukup murah.

‘’Saya sudah tiga bulan ini berdagang di sini. Lumayan bisa tambah penghasilan,’’ ujar Saminah (39) salah satu pedagang mengaku senang dikembangkannya kawasan itu menjadi objek wisata, Minggu (28/2).

Jika ada yang dikeluhkan adalah, akses jalan masuk ke lokasi wisata sekitar 1,5 km yang masih buruk. Jalan dusun yang berkelok-kelok tersebut kondisinya sudah rusak parah. Beruntung wisatawan diobati dengan pemandangan di kanan kiri yang menawan.

Tak jarang wisatawan berhenti untuk berfoto, tak terkecuali di bekas area penambangan batu diabas yang sebagian sudah menjadi milik LIPI dalam hal ini UPT Balai Informasi dan Konservasi Kebumian (BIKK) Karangsambung.

Sejumlah warga berharap pemerintah daerah dapat mendukung pengembangan wisata desa dengan intervensi terhadap peningkatkan infrastruktur dalam hal ini akses jalan. ‘’Kami berharap, jalan menuju lokasi wisata bisa diperbaiki,’’ ujar Saminah. (Supriyanto-42)

sumber : suaramerdeka.com