Bupati Tegas Menolak dan Melarang Bisyaroh saat Diundang Acara
KEBUMENKAB.GO.ID - Bupati Arif Sugiyanto menepis isu yang beredar di masyarakat yang menyebut adanya bisyaroh atau uang saku (amplop) jika ada masyarakat atau kelompok masyarakat yang ingin mengundang dirinya dalam suatu acara.
Bupati menegaskan, isu itu tidaklah benar. Masyarakat kata dia, bisa kapan saja mengundang Bupati tanpa harus memberikan bisyaroh. Bupati melarang masyarakat melakukan itu, jika pun dikasih, Bupati tidak akan menerima.
"Banyak isu yang bilang kalau mau ngundang bupati harus ngasih bisyaroh. Jelas saya katakan, tidak ada bisyaroh-bisyarohan. Ngundang Bupati gratis. Sepeserpun kami menolak dan melarang adanya bisyaroh," ujar Bupati saat menghadiri acara halal bihalal bersama warga NU di Masjid Baitul Barokah, Surotrunan, Alian, Senin (16/5).
Hal itu tidak hanya berlaku bagi dirinya, pihaknya juga melarang masyarakat untuk memberikan bisyaroh terhadap pejabat pemerintahan, baik kepala dinas atau camat jika diundang atau hadir di suatu acara mewakili unsur pemerintah. Bupati menegaskan, Bisyaroh tidak berlaku bagi mereka para ASN.
"Sama juga, kepala dinas, atau camat kami larang menerima bisyaroh. Jadi kalau ada kepala dinas, camat atau perwakilan pemerintah yang hadir saat diudang acara di masyarakat tidak boleh menerima bisyaroh. Kadinas dan camat atau siapapun dari unsur pemerintah harus berani menolak," jelasnya.
Apa yang dilakukan Bupati, kata dia, adalah dalam rangka menciptakan tata kelola pemerintahan yang baik atau good governance. Sebagai pegawai pemerintahan, Bupati meminta kepada semua untuk mengedepan prilaku melayani, bukan ingin dilayani.
"Dalam menciptakan good governance ini, justru kita harus selalu mengendepankan pelayanan terhadap masyarakat yang baik, dan bersih. Tidak malah inginnya dilayani, itu nggak boleh," tandas Bupati.
Setiap kali Bupati diudang acara, ia justru menginginkan tidak perlu ada jamuan mewah-mewah yang justru merepotkan masyarakat. Biarlah kata Bupati, jamuan itu apa adanya saja. Yang terpenting bagi dirinya adalah kebersamaan dan kekompakan.
"Tidak perlu repot-repot dengan jamuan yang mewah. Sama sekali tidak perlu, apalagi sampai mengadakan yang tidak ada dengan mencari ke sana ke kemari. Biar natural saja! Apa yang ada itu yang disajikan, karena yang penting di sini adalah kebersamaan, dan kekompakan," tandas Bupati.
Selain, bisyaroh, Bupati juga menolak dan melarang pemberian parcel dalam setiap undangan acara. Meski demikian kadang masih ada masyarakat yang memberikan oleh-oleh Bupati yang itu merupakan dari hasil pertanian masyarakat. Jika itu yang diberikan, Bupati masih mau menerima.
"Kalau ada masyarakat yang ngasih hasil bumi, seperti jagung, pisang, singkong itu masih kita terima. Karena saya ingin ikut merasakan dari hasil jerih payah mereka dalam bertani yang Insya Allah itu penuh barokah. Tapi itu pun kadang kami masih suka menolak, karena takut merepotkan," terang Bupati. (al/dp)